Senin, 28 April 2008

Uluwatu (3)----Bali on Sale

Dikavlingnya tanah di Uluwatu oleh investor benar-benar membuktikan bahwa Bali memang sedang dijual. Bali bagaikan gadis cantik yang diperebutkan untuk dimiliki dan dikuasai. Ratusan bahkan ribuan hektar tanah telah dialihfungsikan menjadi lapangan golf dan villa. Tragisnya pengalihfungsian lahan tersebut banyak sekali melabrak peraturan dan awig-awig yang sebetulnya dibuat untuk menjaga Bali tetap me-Taksu dan tetap Ajeg.

Wisatawan datang ke Bali karena keindahannya, karena adat istiadat budayanya, karena spiritualitasnya. Masuknya investasi dengan deras ke Bali termasuk dengan “membeli” peraturan yang ada sehingga memperlancar proyeknya pelan tapi pasti akan menghancurkan Bali. Dan anehnya, sekian kurun waktu pejabat-pejabat berwenang, pemegang kebijakan, penegak aturan, seakan-akan membisu. Tidakkah mereka yang menjabat itu menyadari bahwa masuknya investor tersebut adalah untuk bisnis semata. Mereka tidak peduli pada apa yang akan terjadi pada Bali di masa datang. Yang mereka pikirkan adalah apa yang dapat diperoleh dari Bali. Setelah 10 tahun mereka mungkin sudah bisa balik modal dari investasi yang mereka tanamkan. Untuk tahun-tahun berikutnya mereka menikmati keuntungan berlebih dari bisnisnya disini. Kalau kemudian kunjungan wisatawan ke Bali semakin sedikit (karena Bali di masa datang sudah tidak indah lagi, sudah memudar spiritualitasnya), mereka toh tidak rugi-rugi amat. Mereka akan mencari tempat lain untuk berinvestasi kembali.

Tetapi apa yang akan terjadi pada Bali? Apa yang akan menimpa penduduk Bali? Bali yang mengandalkan pariwisata apakah bisa bertahan/sejahtera saat wisatawan tidak lagi melirik kita? Seharusnya pemikiran untuk jangka panjang dalam membuat kebijakan dan tentu saja pelaksanaannya menjadi pedoman pejabat dalam mengatur arus investasi yang masuk. Seharusnya tidak boleh lagi ada Tanah Lot kedua. Tetapi kenyataannya apa yang terjadi di sana terulang lagi di tempat-tempat lain. Dan yang harus disorot tentu saja pejabat yang meng-iya-kan proyek-proyek tersebut. Apakah pejabat-pejabat kita di Bali sudah tidak percaya lagi dengan Hukum Karma?

Semoga bapak/ibu yang duduk di atas masih mempunyai jiwa “Bali” yang jujur dan tidak bisa dibeli oleh uang.

*Ketika kau masih berkuasa, ketika kau masih muda dan sehat-kau lupa bahwa kekuasaan itu bersifat sementara. Kau lupa bahwa usia muda dan energi yang kau miliki saat ini akan sirna. Kau tidak ingat bahwa kesehatan itu adalah rahmat Gusti Allah, berkah Hyang Widhi. Apa yang terjadi ketika rahmat dan berkah itu dicabut? Tinggal menoleh ke kanan dan ke kiri, dan kau akan melihat sendiri-----Anand Krishna*

Tidak ada komentar: