Selasa, 22 April 2008

Boycott Santun

Kita semua sudah melihat dari televisi ataupun membaca dari surat kabar, internet dan berbagai media lainnya mengenai rencana aksi boikot terhadap olimpiade Beijing beberapa bulan kedepan. Mulai dari tokoh politik sampai seniman/artis menyerukan hal ini. Keinginan tersebut muncul sebagai reaksi atas sikap pemerintah China terhadap para demonstran Tibet. Dengan dalih penegakan HAM mereka mencoba menekan pemerintah China agar bersikap adil terhadap Tibet.

Aksi protes terhadap pemerintah China tersebut dilakukan juga saat obor api olimpiade diarak keliling dunia. Termasuk salah satunya adalah aksi dimana seorang pembawa obor (seorang penyandang cacat di atas kursi roda) melakukan tindakan yang sangat heroik yaitu mempertahankan obor yang dibawanya dari tindakan anarkis demonstran Perancis.

Rasa nasionalisme China terbakar. Mereka menghujat aksi demonstrasi yang dilakukan tersebut. Sebagai sebuah bangsa dan negara yang berdaulat China tentu punya hak untuk mengurus urusan dalam negerinya sendiri. Tidak ada yang berhak mengganggu kedaulatan mereka (bandingkan dengan yang terjadi di Timor Timur dulu). Otonomi yang diminta oleh Dalai Lama menurut mereka tidak masuk akal. Dari informasi yang saya baca, Dalai Lama tidak hanya meminta otonomi Tibet, tetapi juga termasuk daerah-daerah lain yang dihuni oleh suku/kaum mereka (kalau dihitung mencapai ¼ luas China). Selain itu Beliau juga meminta bahwa tidak boleh ada satu pun anggota pemerintahan di Tibet yang berasal dari suku Han (padahal suku Han adalah mayoritas penduduk China-90%). Kalau begini tentu saja sebagai bangsa yang berdaulat dan salah satu negara raksasa, mana mungkin mau menerima permintaaan seperti itu. Harga mati bagi China adalah Tibet tetap sebagai wilayah dari negara China (Hongkong saja sudah kembali lagi ke China masa Tibet mau dilepas). Terlebih lagi, Presiden China sekarangHu Jinto adalah mantan panglima militer China yang ditugaskan mengendalikan Tibet dulunya.

Patut disimak adalah aksi balasan yang dilakukan oleh warga China terhadap serangan demonstarn luar. Menyikapi aksi terhadap pembawa api obor olimpiade di Perancis, warga China memilih untuk melakukan boikot terhadap produk2 yang berbau Perancis. Perusahaan2 Perancis yang mulai tumbuh pesat di China setelah China membuka diri terhadap pasar bebas kena getahnya. Warga tidak lagi menjadikan Carrefour sebagai tempat tujuan untuk berbelanja (padahal ekspansi Carrefour di sana sangat dahsyat, 1 kota bisa ada 3-4 gerai). Tidak perlu sweeping warga Perancis, heheeheheh. Dan sebagai responnya expatriat2 di sana malah menghimbau kepada pemerintahnya agar bisa menyikapi masalah Tibet ini dengan lebih bijak dan adil.

Jadi terbayang jika hal tersebut bisa dilakukan di Indonesia. Kalau kita mau akui sering sekali terjadi protes terhadap negara2 luar oleh masyarakat Indonesia. Bahkan ekstremnya aksi protes tersebut dilakukan dengan membakar bendera, berdemo di kedubes mereka, bahkan sampai sweeping WNA. Tetapi anehnya kita masih pergi ke McDonald, minum Coca Cola, belanja di Carrefour, memakai Levi’s, LV, bersepatu Nike, dsb..dsb….dsb…

Dan sebenarnya bangsa kita masih belum merdeka, kita masih di JAJAH… Apakah kita dapat mengatakan negara ini sudah BERDAULAT?

Tidak ada komentar: