Rabu, 23 April 2008

Uluwatu ------ Next Target

Sedikit terkejut juga membaca artikel di koran pertengahan April ini. Topiknya mengenai usulan dari warga Pecatu agar batas kesucian Pura Luhur Uluwatu diciutkan menjadi hanya 1 km (sebelumnya adalah 5 km sesuai dengan peraturan yang sudah ada). Dari alasan yang dikemukakan secara logika sebenarnya masuk akal. Dengan kondisi tanah berkapur, dalam radius batas kesucian pura selama ini, maka secara ekonomi sangatlah tidak menghasilkan bagi warga sekitar. Lahan tidak dapat ditanami sesuatu yang produktif. Dengan mengandalkan pariwisata sebagai ‘jualan’ utama tentu beralasan jika warga berharap dapat memanfaatkan lahan tersebut untuk kepentingan pariwisata.

Tapi sedikit tergelitik juga, apakah benar usulan tersebut murni dari warga Pecatu. Sebagai orang Bali saya masih menganggap bahwa berkaitan dengan hal-hal yang sifatnya spiritual/niskala, kita orang Bali umumnya sangat berhati-hati. Jangan-jangan nanti malah menimbulkan musibah. Bukankah kita cenderung memilih lebih baik hidup sederhana daripada mengutak-atik kesucian pura (sehingga mendapat uang lebih banyak) namun berujung murkanya Ida Betara Sesuhunan. Jangan-jangan usulan tersebut adalah berasal dari oknum yang ingin memanfaatkan kawasan tersebut untuk kepentingan bisnis pariwisatanya. Atau malah lebih ekstrem lagi jangan2 hal itu merupakan salah satu dari sekian banyak upaya untuk melemahkan Bali (lebih tepatnya menghancurkan Bali)

Bali adalah pulau spiritual. Menurut orang-orang yang menekuni spiritual,Bali adalah salah satu dari 2 tempat di dunia yang memiliki kekuatan spiritual yang tinggi (maaf kalau salah). Bahkan ada yang bilang, Bali menjadi target untuk dilumpuhkan,karena dengan melumpuhkan Bali maka Nusantara bisa dikuasai (bahkan dunia). Begitu pentingnya posisi Bali secara spiritual (antara percaya dan tidak sebenarnya saya terhadap pendapat seseorang ini, tetapi jujur, sebagai orang Bali saya percaya).

Kehidupan modern sekarang ini dengan hingar bingar pariwisata, miras, judi, seks bebas, dan berbagai macam aktivitas yang mengeluarkan gelombang negatif secara tidak langsung telah menggerogoti spiritualitas Bali. Untungnya warga Bali yang mayoritas Hindu masih berpegang pada laku spiritual yang memancarkan gelombang positif. Ribuan bahkan jutaan kembang masih ditabur, dupa masih dinyalakan, lantunan mantra/doa masih dialunkan. Jika hal-hal seperti ini nantinya ditinggalkan, saya tidak tahu apakah magis bali masih bisa terjaga.

Kembali kepada usulan untuk menciutkan batas kesucian Uluwatu, reaksi penolakan yang dilontarkan oleh pejabat, PHDI, dan berbagai kalangan patut mendapat apresiasi. Seperti yang dikemukakan ketua DPRD Bali, “ jangan diotak-atik lagi jika ingin menjaga kesucian Bali. Kesucian Bali merupakan modal utama, apakah Bali kedepan runtuh atau bisa bertahan sebagai pulau spiritual.” Pada kenyataannya sekarang pun kesucian banyak Pura di Bali telah digerogoti demi kepentingan pariwisata (Tanah Lot misalnya, juga Besakih dan Uluwatu). Saya yakin suasana spiritual/magis Pura2 tersebut pasti lebih rendah dibanding dahulu. Berbeda dengan Lempuyang, Batukaru, dan beberapa Pura lain yang kekuatan spiritualnya masih tinggi (menurut seorang pelaku spiritual). Kalau usulan ini disetujui apa jadinya? Semakin tidak me”taksu” tempat2 ini (mungkin Ida Betara memilih ‘mengungsi’ ke tempat lain yang lebih tenang,hehehe ). Pastinya jangan demi dolar kita rela memangkas batas kesucian pura. Harus pula diingat sebagian besar wisatawan yang loyal dan berduit datang ke Bali adalah karena Budaya dan Nuansa Spiritualnya (bukan karena dugemnya, pantainya, arak, gadis2 lokalnya,hehehehe).

Jangan terkecoh, terbuai oleh rayuan dolar. Ingat, Bali menjadi target untuk dihancurkan secara spiritual. Spiritual kita di Bali ingin dilemahkan kemudian dikuasai. Jangan sampai hal ini terjadi. Tugas kita bersama untuk menjaga Bali tetap ada.

Tidak ada komentar: