Jumat, 25 Juli 2008

Puisi Cinta

Aku mencintaimu bukan karena paras ayu mu
Bukan karena senyum menawan itu
Aku mencintaimu karena aku tidak tahu kenapa aku mencintaimu
Ku terbelenggu dalam jaring cintamu

Aku mencintaimu karena aku mencoba berpaling darimu
Menjauh darimu
Membencimu
Tetapi aku kembali padamu
Terperangkap dalam ruang hatimu

Aku mencintaimu karena bersamamu
Ada damai, ada tawa, ada pelangi
Ada senyum, ada hasrat, ada rasa

Bersamamu, kurentangkan kedua tanganku sambut datangnya sang surya
Kulihat dunia penuh dengan lukisan indah mempesona
Kudengar melodi indah menyentuh jiwa
Bersamamu, kurasa sesuatu yang ingin kurengkuh selalu

Jangan kau tanya lagi kenapa aku mencintaimu
Yang ku tahu aku mencintaimu
Aku mencintaimu karena aku mencintaimu
Cinta…itu kamu

Minggu, 20 Juli 2008

Menyelamatkan Bali


Bali adalah daerah wisata utama di Indonesia, bahkan sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Berkembangnya industri pariwisata di Bali pada akhirnya menjadikannya tulang punggung perekonomian Bali. Ini adalah sebuah fakta, sebuah realitas. Sebuah kenyataan pula bahwa perkembangan dunia pariwisata telah membuat wajah Bali berubah sangat drastis.Ribuan hektar lahan telah beralih fungsi menjadi hotel, restaurant, villa, pusat pertokoan sebagai konsekuensi jutaan wisatawan mancanegara yang membanjiri Bali per tahun.

Jutaan dolar yang dihamburkan wisatawan telah menggerakkan perekonomian Bali. Kita harus mengakui bahwa tanpa pariwisata maka Bali akan mati saat ini. Tapi apakah dengan pola pembangunan kepariwisataan saat ini yang semakin meminggirkan alam (dengan mengalihfungsikan lahan persawahan, perbukitan, sungai, pantai,dsb) akan mampu membawa Bali tetap menjadi daerah tujuan pariwisata utama secara berkesinambungan?

Kekhawatiran justru datang dari orang asing yang membandingkan kondisi Bali saat ini dengan puluhan tahun lampau. Bali sudah tidak seperti dulu lagi. Alam yang rusak, budaya yang semakin rapuh, manusia yang semakin materialistis, sampah yang semakin banyak diterima karena kedatangan semakin banyak manusia, adalah gejala yang bisa diamati yang akan membawa kehancuran. Apa yang akan menjadi daya tarik Pulau nan Magis ini 20-30 tahun ke depan? Apakah kompleks pertokoan mewah, kompleks hotel dan villa yang akan mereka cari? Ataukah hamparan sawah luas, bukit menghijau, pantai bersih nan elok dan areal kosong seperi puluhan tahun lalu? Apakah jalanan nan macet karena ratusan bus berisi wisatawan menjejali jalan atau suasana jalan yang lancar dan cukup lengang sehingga mereka bisa menikmati alam sambil berjalan kaki?

Dikalangan kita sendiri muncul pemikiran bahwa Bali harus mendatangkan lebih banyak wisatawan lagi. Karena itu perlu dibangun bandara baru (atau perluasan bandara yang ada), dan selanjutnya adalah tentu saja penambahan infrastruktur pariwisata lain seperti hotel, villa, restaurant, kompleks pertokoan, penambahan sarana transortasi, dst. Bayangkan jika belasan juta wisatawan asing mendatangi Bali per tahun (sekarang kurang dari 2 juta), sungguh luar biasa perekonomian Bali (pasti inilah terpikir di pikiran kita). Tapi apakah kita akan berpikir sanggupkah Bali menanggung beban yang akan diterima sehubungan dengan hal itu? Apakah kita harus merelakan semakin sedikit lahan kosong karena diperuntukkan fasilitas pariwisata? Apakah kita mampu melihat dan menjalani kemacetan seperti yang saat ini terjadi di Jakarta? Bali ini pulau kecil, Bali ini terkenal karena budayanya, persawahannya, alamnya, jangan lupakan itu.

Butuh strategi yang tepat agar pariwisata Bali tetap maju tanpa mengorbankan lingkungan Bali yang asri. Pariwisata yang berkualitas, yang segmented. Perekonomian Bali memang tergantung dari banyaknya uang yang dikeluarkan mereka di sini. Karena itu sangat menarik pendapat dari penerbit majalah Tropical Homes. Kenapa Bali tidak mentarget wisatawan yang kaya (sangat kaya) yang akan mengeluarkan uang banyak selama berwisata di Bali. Mana yang lebih baik, 100 ribu wisatawan setahun dengan pengeluaran 500 dolar per hari atau 1 juta wisatawan setahun dengan hanya pengeluaran 50 dolar per hari? Saya pribadi tentu saja akan menjawab pilihan pertama. Uang yang diterima oleh Bali sama tetapi beban Bali lebih ringan. Semakin sedikit hotel yang dibutuhkan, dst..dst…
Tentu lalu ada sanggahan, tenaga kerja yang ada akan diserap sektor apa? Bali dulu dikenal akan komoditas pertaniannya yang unggul, peternakannya yang bagus. Sektor inilah yang harus digalakkan. Pertanian, peternakan, perikanan. Bisa jadi Bali akan dikenal sebagai penghasil daging sapi berkualitas nomor wahid, kelapa, cengkeh, vanili, kopi, dsb. Bali bisa kaya tidak hanya dari sektor pariwisata. Pertanyaan selanjutnya maukah kita? (mungkin sulit jika banyak pejabat kita yang masih punya hotel ,villa dan sebagainya yang kelasnya hanya bintang 2 kebawah---mereka tentu tidak mau usaha mereka itu tutup bukan?---jadinya tetep ajah genjot kedatangan wisatawan-wisatawan yang “miskin” itu, hehehehe)

Kalau kita mau, bagaimana caranya? Tentu saja dilakukan upaya marketing agar semakin banyak wisatawan kaya ke Bali (orang Bali pintar2 kok, pasti bisa). Lalu bagaimana mencegah wisatawan yang tidak terlalu kaya?. Banyak alternatif. Misalnya naikkan visa on arrival, trus pajak kamar hotel ditingkatkan pula, pajak atas makanan yang dikonsumsi di restaurant,dsb. Mereka akan berpikir pula pada akhirnya. Kalau sekarang banyak sekali wisatawan yang tinggal berbulan2 di Bali dengan pengeluaran per hari sama seperti penduduk lokal (mereka nge-kos lho, dan masak pula sendiri). Akhirnya dengan pajak yang tinggi mereka paling seminggu saja di Bali (hehehehehe).

*Budaya bali yang luhung lahir dari masyarakat agraris, karena itu kalau ingin Bali tetap ajeg maka jadikan bali tidak hanya terkenal karena pariwisatanya, tetapi juga karena pertanian dan peternakannya.

Kamis, 10 Juli 2008

Made Mangku Pastika---Gubernur Terpilih

Rabu, 9 Juli 2008 kemarin, puncak Pilkada Bali berlangsung. Berdasarkan hasil quick count beberapa lembaga survey (yang kita akui keakuratannya) rakyat Bali telah menjatuhkan pilihannya kepada pasangan Pastika-Puspayoga sebagai Gubernur-Wakil Gubernur 5 tahun kedepan. Pasangan yang didukung oleh PDIP ini meraih sekitar 56 % suara (dari kurang lebih 77 % pemilih yang menggunakan haknya). Lawannya dalam panggung Pilkada ini, CBS-Suweta hanya mendapat sekitar 25 % dan Win-AP 19 %.

Kemenangan Pastika-Puspayoga harus kita terima sebagai kemenangan rakyat Bali. Setengah lebih warga telah menunjuk Pak Mangku Pastika untuk membawa Bali menjadi Bali yang Mandara (Maju Aman Damai Sejahtera). Sebagai kemenangan rakyat, saat ini kita harus bergembira semua, karena Bali tetap aman pasca Pilkada ini. Tidak seperti beberapa daerah lain yang terjadi kisruh berujung rusuh terkait Pilkada.

Untuk pemilih CBS-Suweta patut bergembira pula karena bisa memenangi pertarungan di daerah Gianyar (55%) dan Karangasem (43%). Sebagai mantan Bupati Gianyar 2 periode ternyata ketokohan Pak Cok tetap diakui. Namun masyarakat Bali di daerah lain ternyata masih belum bisa satu visi dengan program/janji yang beliau tawarkan.

Pemilih Winasa-AP tidak perlu berkecil hati. Walau tidak didukung oleh PDIP ternyata pak Winasa mampu menang telak di Jembrana (73%). Ini artinya bahwa masyarakat di Jembrana mengakui keberhasilan beliau memimpin Jembrana. Mengakui bahwa visi misi dan program yang beliau tawarkan bukan hanya mimpi atau angan-angan, tetapi memang telah dibuktikan bisa berjalan di Jembrana (selama 7 tahun seperti yang beliau sampaikan saat debat Cagub—memang sudah terbukti). Namun sekali lagi visi misi dan bukti tersebut mungkin belum mampu menggugah warga di kabupaten lain untuk memilihnya (mungkin masih banyak yang skeptis dan meragukan program tersebut dan menganggap hanya sekadar janji).

Sebagai Gubernur terpilih nantinya, pak Mangku Pastika harus mampu memposisikan dirinya sebagai pelayan/milik rakyat Bali. Bukan mengabdi untuk kelompok/golongan tertentu. Kita berharap beliau mampu mengayomi seluruh rakyat Bali. Berani mengatakan yang salah adalah salah (walaupun yang salah adalah orang/kelompok yang mendukung beliau saat pencalonan) dan tentu saja berani mengatakan kebenaran sebagai kebenaran (meskipun dalam tekanan pihak-pihak tertentu).

Sekarang kita semua menunggu janji Beliau saat kampanye. Apakah beliau konsisten untuk menerapkan good governance dan clean government. Birokrasi yang lambat dan tidak efektif (PNS tidak disiplin) sudah menjadi rahasia umum. Korupsi dan penyimpangan penggunaan dana APBD adalah penyakit lainnya. Kita berharap beliau menepati janjinya dan berkomitmen melaksanakannya (bahkan beliau berjanji akan mengundang KPK pula).

Ayo Pak Mangku, gunakan dana APBD benar-benar untuk kepentingan rakyat banyak. Kalau rakyat belum sejahtera, jangan izinkan dana tersebut untuk mobil dinas yang mewah, dsb..dsb…. Berantas korupsi. Disiplinkan jajaran/aparat bawahan anda. Rakyat Bali menggantungkan harapan yang begitu besar kepada Anda. Jika janji-janji yang telah terucap dilaksanakan/ditepati dan Bali menjadi Bali Mandara untuk seluruh rakyat maka kami pasti akan mendukung anda untuk dipilih kembali menjadi Gubernur periode yang selanjutnya. Kita kalahkan Fadel Muhammad yang di Gorontalo ketika dipilih untuk kedua kalinya didukung oleh lebih dari 80% rakyatnya. Kalau perlu Pak Mangku dipilih lagi oleh 99,99% rakyat Bali.

Selamat bekerja kepada Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih. Mari kita menuju Bali yang Mandara

Selasa, 08 Juli 2008

Akhirnya Datang Juga (Pilkada Bali 9 Juli)

Rabu esok, 9 Juli 2008, salah satu hari penting yang akan menentukan perkembangan Provinsi Bali 5 tahun ke depan tiba. Untuk pertama kalinya Bali akan memilih gubernur dan wakilnya secara langsung. Artinya dipilih langsung oleh masyarakat Bali tanpa melalui mekanisme pemilihan di DPRD seperti sebelum-sebelumnya.

Tiga kandidat dengan visi misi (janji) masing-masing berlomba merebut simpati calon pemilih selama masa kampanye. Berbagai program dijanjikan untuk membawa Bali menjadi sejahtera. Masing-masing menunjukkan kelebihan dirinya. Adalah sesuatu yang wajar jika masing-masing kandidat menunjukkan kelebihannya. Sebab itulah upaya untuk meyakinkan calon pemilih bahwa merekalah yang paling pantas untuk dipilih.

Tetapi menjadi sesuatu yang agak mengecewakan buat saya pribadi bahwa adanya usaha dari pihak-pihak tertentu yang malah mengeksploitasi isu-isu yang belum tentu kebenarannya untuk memojokkan/mendiskriditkan kandidat yang menjadi lawannya dalam panggung pilkada. Bahkan sampai ada iklan layanan masyarakat yang secara jelas mengajak masyarakat Bali untuk tidak memilih kandidat tertentu. Sungguh sangat patut disayangkan . Seharusnya masing-masing tim kampanye lebih menonjolkan kelebihan kandidat yang diusungnya daripada menjelek-jelekkan lawannya. Setiap kandidat pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Yang kita inginkan tentu saja Gubernur yang mampu membawa Bali sejahtera. Tidak ada manusia yang sempurna, pasti ada kekurangannya.

Bali membutuhkan pemimpin yang visioner dan tegas. Pemimpin yang tahu apa masalah yang menjangkiti Bali saat ini dan punya solusinya serta konsisten melaksanakannya. Gubernur yang bisa membuat Bupati tunduk kepada peraturan provinsi. Gubernur yang bisa mengalokasikan APBD benar-benar berpihak untuk rakyat. Gubernur yang melarang penggunaan APBD untuk pembelian mobil-mobil dinas yang mewah (Ada bupati mobil dinasnya di atas 500 juta sedangkan rakyat masih banyak yang melarat, sungguh ironis). Gubernur yang bisa melakukan pelayanan publik bebas dari pungli, membuat sistem birokrasi yang efektif dan efisien (sehingga tidak ada PNS yang kerjanya hanya absensi trus baca koran lalu jalan2 di mall). Gubernur yang menghapus jalan-jalan /studi banding bagi pejabat-pejabat kecuali sangatlah penting dan bermanfaat (daripada studi banding keluar dengan biaya mahal lebih baik datangkan saja ahli di bidang itu ke Bali, pasti lebih murah). Tentu saja juga yang pandai melobi pusat dan luar negeri sehingga bisa memanfaatkan dana APBN untuk pembangunan Bali. Dan masih banyak kualifikasi lainnya.

Seorang pemimpin akan dinilai pelaksanaan janji yang pernah diucapkannya. Begitu juga calon Gubernur. Setiap kandidat harus berani berjanji tentang apa yang akan dilakukannya. Kalau tidak berjanji/tidak punya program/programnya tidak jelas berarti dia tidak siap menjadi Gubernur. Kalau memang tidak setuju dengan korupsi di birokrasi yang merajalela kenapa harus takut mengatakan/berjanji untuk memberantas korupsi (korupsi adalah salah satu isu utama di Indonesia). Kalau memang memungkinkan diberikannya kredit tanpa agunan untuk UKM kenapa harus takut mengucapkannya. Kalau memang sudah ada dana BOS dari pusat untuk pendidikan kenapa masih mengatakan pendidikan gratis (dibiayai oleh APBD) tidak mungkin? (Pendidikan gratis memang tidak mungkin kalau dana APBD digunakan untuk pembelian mobil mewah, pengadaan komputer, alat tulis, alat belajar mengajar dsb yang di mark up).

Sebagian masyarakat memang masih takut/trauma dengan janji-janji calon gubernur. Mereka berkaca dari pengalaman-pengalaman sebelumnya dimana janji lebih sering tidak ditepati. Banyak yang mengatakan siapa pun yang dipilih sama saja. Kalau dulu saat kebebasan mengeluarkan pendapat masyarakat masih dipasung, mungkin jawabannya ya. Tetapi sekarang ini kita sudah bebas mengeluarkan pendapat termasuk mengkritisi pemimpin-pemimpin kita. Jadi tekanan yang dihadapi Gubernur terpilih untuk melaksanakannya janjinya sangatlah besar.

Karena itu marilah menggunakan hak pilih kita dengan tepat. Pilihlah Gubernur yang mempunyai visi misi/program yang jelas, yang berpihak kepada masyarakat luas, yang benar-benar akan menggunakan APBD untuk kepentingan rakyat (bukan untuk kepentingan kelompok tertentu), yang mampu mencegah/memberantas korupsi sehingga Bali yang adil dan makmur (apapun namanya apakah Bali Harmoni, Bali Cerdas Berbudaya Sejahtera, Bali Mandara) tercapai.

*Selamat memilih Gubernur baru. Semoga pikiran yang baik datang dari segala arah.

Kamis, 03 Juli 2008

Sendiri-Ku

Kembali ku tersadar
Bahwa diri ini masih sendiri
Tak ada yang menemani hari- ku
Tuk sekadar lepaskan dahaga-ku
Akan sebuah dekapan sayang
Hangatkan hati ini

Mencoba mengingat kembali saat-saat itu
Saat dia ucapkan dan ungkapkan
Bli….. sudah makan belum
Jangan lupa jemput aku ya…..
Ntar malem nonton yuk..
Kamu tahu ngga bli…. bersamamu aku merasa bahagia…..
Aduh Bli ini…kamu nakal deh….
Bli… I always love you…

Berbahagialah dia yang diselimuti cinta
Karna ada yang mencinta
Karna ada yang dicinta
Cinta membuat dunia lebih berwarna
Cinta melengkapi kita
Tidak dapat kubayangkan seorang lelaki tanpa ada wanita yang mencinta dan yang dicinta

Ku terus melangkah
Mencoba menggapai sebuah hati
Ku tersandung… dan tersandung lagi
Tapi ku terus berjalan
Sampai nanti akhirnya ku temukan pijakan-ku

Kapan saat itu akan tiba?
Wahai cinta, jangan biarkan aku menunggu lama
Tidak kah kau lihat, telah ku rentangkan tanganku tuk sambut hadir-mu
Datanglah padaku, jangan takut
Rebahlah dalam peluk-ku

10 Sikap Wanita yang Bisa Membuat Ilfil (ilang feeling maksudnyah)

1. Suka memberi harapan, padahal sudah sejak awal dalam hatinya mengatakan tidak.
2. Sangat bangga jika sudah memakai barang-barang mahal dan bermerek. Suka merengek untuk dibelikan barang-barang tersebut.
3. “Jual Mahal”. Sering bersikap seolah-olah tidak suka, padahal dalam hatinya sih beda. Kemudian sesudah ditinggalkan/dicuekin malah gantian ngejar2.
4. Maunya dijemput/diajak keluar menggunakan mobil. Kalau diajak naik sepeda motor mulai males2an. Takut kepanasan (ntar kulit jadi hitam katanya) dan juga takut kehujanan (padahal kan romantis yah….). Maunya diajak makan di tempat2 mahal, hang out ke tempat2 gemerlap. Point 2 dan 4 dapat digolongkan cewe matre.
5. Banyak alasan. Kalau menolak ajakan pria suka berbelit-belit alasannya. Lagi capek lah, ada urusan ma temen lah. Kalau ga suka ya bilang ga suka ajah. Gitu ajah kok repot.
6. Gampang tergoda. Tergoda dengan ajakan pria lain untuk jalan. Trus ujung-ujungnya mulai berbohong ke kita. Kalau sudah nyaman jalan dengan pria lain tersebut dengan mudahnya mengemukakan alasan kita tidak cocok, kamu tidak perhatian,dsb. Padahal sebenarnya sudah punya cadangan sih. Coba kalau calon selingkuhannya ujung2nya tidak sreg dihatinya, pasti kembali lagi.
7. Suka membandingkan kita dengan orang lain. Kamu tuh jangan seperti ini, seperti dia dong. Dia perhatian, bla3…rambutnya dirapiin dong…kamu fitness dong biar kekar,dsb…dsb. Sebenarnya ada baiknya juga dia seperti itu, tetapi kalau selalu tidak bisa menerima kekurangan kita malah kesal kan jadinya.
8. Keinginannya tidak bisa ditolak. Walaupun sudah diberi penjelasan kenapa kita tidak bisa memenuhi keinginannya, tetap saja dalam hatinya dongkol. Wanita yang setiap keinginannya harus terpenuhi membuat kita stress sendiri. Kebanyakan stress menjadi stroke… trus setra deh…..
9. Shopping…shopping……shopping…… sesekali sih wajar. Tapi kalau sudah menjadi gaya hidup, wah cape deh. Tiap minggu beli baju baru, sepatu baru, dan lain sebagainya. Emang ga ada kerjaan lain mbak?
10. Menghabiskan waktu untuk bergosip yang ga penting, menonton sinetron Indonesia yang ga bermutu. Bukannya menambah wawasan dengan membaca buku/majalah/surat kabar berkualitas, menonton acara televisi yang menambah ilmu, malah melakukan tindakan yang sebenarnya merupakan pembodohan (kalo sesekali sih gpp menonton acara bodoh seperti itu, sekalian buat refreshing).
11. Masih banyak lagi kalau mau dibuat… tapi kan judulnya 10 Sikap…….

Sepuluh Hal Mengapa Aku Tetap Membutuhkan Wanita

1. Jelas, karena dia adalah wanita, berjenis kelamin yang berbeda. Kunci harus ketemu dengan anak kunci agar dapat membuka pintu kebahagiaan.
2. Wanita adalah mahluk yang lebih menggunakan perasaan/hati dan peka terhadap emosi. Pria adalah mahluk yang cenderung menggunakan rasio/logika/akal sehat. Harmoni akan terbentuk jika dua hal ini saling melengkapi.
3. Sangat membutuhkan rasa ‘aman’. Membutuhkan kepastian dalam banyak aspek, seperti status (wanita ga suka diambangin kan), keamanan finansial, dsb. Karena itu wanita dapat menjadi motivator bagi pria sehingga kita berjuang tuk dapat memberi ‘rasa aman’ itu kepadanya.
4. Suka akan perhatian. Bahkan perhatian kecil pun sangat berarti untuk mereka. Sedangkan aku (dan umumnya pria) pada dasarnya cenderung cuek. Dengan adanya wanita kita bisa belajar bagaimana lebih peka akan hal-hal yang sebelumnya dianggap tidak penting.
5. Mudah percaya akan sesuatu sekaligus mudah dibohongi (sorry ye kalo salah, hehehehe). Karena itu kita bisa melatih diri bagaimana harus jujur. Kalau mau berlatih jujur sebaiknya pada mahluk yang gampang dibohongi.
6. Sangat suka bergosip. Sangat suka memperbincangkan orang lain. Apalagi kejelekan/kekurangan orang lain. Perhatikan deh, kaum wanita cenderung gampang sekali marah, kesal kepada temannya sendiri, dan apesnya sering karena hal-hal kecil. Sangat berbeda dengan pria. Pertemanan tidak akan bubar karena hal-hal yang sepele. Karena itu sudah menjadi tugas kaum pria untuk memberi nasihat kepada mereka, menjewer mereka. Dan karena wanita kita belajar untuk menjadi lebih dewasa.
7. Jujur, straight to the point. Kalau mereka tidak suka sesuatu pada diri kita cenderung langsung dikemukakan. Dapat menjadi kritik yang membangun.
8. Umumnya sangat rapi, teratur, kalau bisa segala aktivitasnya sudah terjadwal. Wanita bisa membantu pria dalam urusan seperti ini (bukan sebagai pembantu lho).
9. Sangat detail. Mempersiapkan sesuatu sampai memperhatikan hal-hal yang kecil. Jangan sampai ada yang terlewat, begitu dalam pikiran mereka. Dan bukankah excellent is in detail?
10. Kalau sudah sayang dan cinta akan memberikan segalanya buat si pasangan. Jangan ngeres dulu. Siap mencurahkan waktu, tenaga, pikiran,dsb. untuk membantu belahan jiwanya.

Kamis, 26 Juni 2008

Jatuh Cinta

Hadirnya dirimu temani hari-hari ku, t’lah usir sepi yang kerap datang
Tiada lagi kesendirian, tiada lagi tatapan kosong
Pelukan sayang hangatkan kalbu, genggaman kasih teguhkan jiwa
Ribuan pujian tetap tak kan bisa menggambarkan arti hadirmu
Tiada kata atau ungkapan juga semua nada indah yang sanggup melukiskan adanya dikau di sisi
Kau runtuhkan dinding kesombongan, juga luluhkan kerasnya hati ini
T’lah kau lelehkan hatiku dalam lautan cinta yang begitu luas, palung hati yang begitu dalam dan menyentuh
Lihatlah kasih, senyuman sang mentari, kicauan burung, gemericik air di sela bebatuan, mekarnya mawar di musim yang indah
Semesta bersorak menyambut pertautan dua hati
Kau dan Aku

Senyum Manis Itu

Senyum manis itu
Getarkan jiwa di dada
Mengungkap tabir yang selama ini ada
Semua t’lah berlalu

Senyum menawan-mu
Telah memagut hati-ku
Kepakan kasih itu
T’lah peluk hati ini
Bisikan sayang
Sirnakan pilu

Semerdu melodi
Seindah puisi
Sehangat mentari
Seharum bunga
Itu kamu…

Paradoks Agama : Kasih dan Kekerasan

Pertanyaan mendasar tentang agama, kenapa ia ada? Jawaban sederhananya adalah agama ada untuk mengingatkan umat manusia tentang Dia (Tuhan), agar kita mendekatkan diri pada-Nya, mengikuti perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Tuhan melalui wahyu-Nya yang kemudian kita sebut sebagai kitab suci (dan selanjutnya juga muncul agama yang berbeda karena kitab suci yang berbeda ) mengingatkan kita tentang Dia yang Tunggal, Maha Pengasih, Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha Tahu,Maha Kuasa dan seterusnya.

Setahu saya tidak ada kitab suci dimana Tuhan menyebut diri-Nya Maha Kejam, Si Iri Hati, Pemarah, Pendendam, Pendusta, dsb. Karena itu tidak salah saya beranggapan Tuhan melalui wahyu-Nya yang dapat kita temukan dalam kitab suci/agama menginginkan umat-Nya hidup dalam Kasih. Kalau ternyata ada kemudian Kitab Suci dimana Tuhan memerintahkan untuk melakukan perbuatan yang jauh dari Kasih, jauh dari Adil, jauh dari Bijaksana, jauh dari Hakikat Kemanusiaan, boleh kan saya menganggap itu bukan wahyu Tuhan.

Adanya berbagai agama dan kepercayaan mengenai Tuhan di dunia ini adalah suatu realitas. Setiap agama besar yang ada mengakui bahwa Tuhan itu Satu/Tunggal. Karena setiap agama besar yang masih ada mengakui bahwa Tuhan itu tunggal (baik yang berpaham Monotheisme maupun Pantheisme) akan muncul pertanyaan selanjutnya apakah Tuhan dari masing-masing agama sama? Apakah Tuhan-nya kaum Kristiani sama dengan Tuhan-nya kaum Muslim, apakah sama dengan Tuhan-nya kaum Hindu? Ada yang akan mengatakan Tuhan kita sama, hanya saja jalan yang kita ambil dalam berhubungan/mendekatkan diri pada-Nya saja yang berbeda. Banyak jalan menuju Roma. Sungai-sungai yang mengalir pada akhirnya akan menuju samudera, demikian contoh perumpamaan yang dipakai. Tetapi tidak dapat dipungkiri banyak juga yang mengatakan agama-nya lah yang paling benar. Orang yang tidak menganut agama seperti mereka adalah orang yang tidak ber-Tuhan (kafir?). Tuhan dan kebenaran adalah milik kaum mereka sendiri. Di luar kaum mereka, dianggap salah dan tidak ber-Tuhan (sehingga harus di-Tuhan-kan/di-agama-kan, artinya ya harus diajak/”dipaksa?” mengikuti agamanya).

Mari kita berpikir secara sederhana/bodoh. Bayangkan jika setiap orang menganggap agama yang dianutnya adalah paling benar dan meng-kafir-kan umat beragama/keyakinan lain. Karena agama yang dianutnya paling benar dan Tuhan memerintahkan untuk mengajak orang yang berada di jalan yang salah kembali ke jalan yang benar maka akan terjadi “perlombaan” meng-agama-kan orang lain (demi hadiah yang bernama Surga). Orang Hindu akan berlomba meng-Hindu- orang Kristen, Islam, Budha, dan sebagainya. Begitu juga teman Muslim akan berlomba meng-Islam-kan umat Hindu, Kristiani,dsb. tak ketinggalan sejawat Kristiani meng-Kristen-kan Hindu, Islam,dst. Apakah perlombaan itu akan menghasilkan pemenang tunggal? Jelas jawabannya tidak. Tetap saja akan ada orang yang berkeyakinan Hindu, Islam, Kristiani, Budha, dsb. Pastinya proses konversi tersebut akan menimbulkan dampak sosial yang luar biasa, terjadinya pemaksaan yang berujung kekerasan/peperangan.

Sangatlah lucu jika kebenaran itu diklaim sebagai milik kaum sendiri. Tuhan dikerangkeng/dibatasi hanya sebagai Tuhan untuk kaumnya (menggelikan, sesuatu yang tidak terbatas/Tuhan kok dibatasi). Tidakkah kita berpikir (kan kita punya otak yang dianugerahkan oleh Tuhan) bagaimana jika berada dipihak yang berbeda dan meyakini agama kaum yang berbeda itu sama kuat dengan agama yang kita anut saat ini. Tentu saja dapat dibayangkan kita tidak akan mau berpaling dari keyakinan kita. Alih-alih memaksa orang/kaum yang belum tentu salah, mengikuti keyakinan kita, alangkah lebih mulia jika kita mendalami lagi agama yang kita yakini. Jangan-jangan selama ini kita telah keliru menafsirkan ajaran agama kita sendiri. Bukankah aneh, kalau ajaran agama yang penuh kasih kok malah membuat kita melakukan kekerasan, pemaksaan, peperangan. Siapa yang salah kalau begitu? Menurut saya jelas, yang salah adalah orang yang menjalankan/mengamalkannya.

Kekerasan yang muncul mengatasnamakan agama, atau berlindung di bawah kitab suci agama sebenarnya malah telah melukai/menodai agama itu sendiri. Jangan salahkan adanya orang yang tidak beragama karena mereka melihat bahwa agama telah bertanggung jawab atas terjadinya peperangan/kekerasan di muka bumi ini. Sejarah pun telah mencatat terjadinya perang ratusan tahun mengatasnamakan agama (sungguh kasihan sekali dikau agama. Pengikutmu yang berbuat engkau yang harus bertanggung jawab). Perbedaan itu memang ada. Karena itu hormatilah, hargailah.

Mengutip syair lagu Laskar Cinta-nya Dewa 19: Wahai jiwa-jiwa yang tenang, jangan sekali-kali kamu. Mencoba jadi Tuhan dengan mengadili dan menghakimi. Bahwasannya kamu memang tak punya daya dan upaya, serta kekuatan untuk menentukan kebenaran yang sejati. Bukankah kita memang tercipta laki-laki dan wanita. Dan menjadi suku-suku dan bangsa-bangsa yang pasti berbeda. Bukankah kita memang harus saling mengenal dan menghormati. Bukan untuk saling bercerai berai dan berperang angkat senjata.


*Tuhan bukan untuk diperdebatkan, tetapi untuk dialami…

Pemberantasan Korupsi di Era SBY

Sudah hampir 4 tahun Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memegang tampuk pemerintahan Indonesia. Selama masa kepemimpinan beliau harus diakui banyak hal positif yang dapat diraih/dilaksanakan. Terlepas dari banyaknya kritik dan ketidakpuasan atas kepemimpinannya karena dianggap belum mampu membawa masyarakat kita ke arah adil dan makmur, kita harus jujur mengakui bahwa tidak sedikit pondasi yang telah dibangun dalam rangka mencapai tujuan negara ini sesuai yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Sejauh ini memang lebih sering terdengar gaungnya kegagalan pemerintah dalam memimpin bangsa ini. Sedikit sekali komentar positif tentang pemerintahan kita (mungkin karena sikap bangsa ini yang memang lebih suka sebagai tukang kritik, mungkin karena para elite politik yang suka menggunakan segala cara demi meraih/merebut kekuasaan).

Sejak belasan tahun lalu pun sudah lantang dikemukakan banyak pihak bahwa bangsa ini hancur karena budaya korupsi yang begitu merajalela di birokrasi kita. Terlebih setelah “jatuh”nya pemerintahan Presiden Soeharto, orang tidak takut lagi untuk berkomentar mengenai budaya korupsi yang sudah mendarah daging. Setelah era reformasi dimulai pemerintah “mungkin” telah menyadari adanya penyakit korupsi yang sudah siap membunuh negara ini dan memulai upaya pemberantasannya.

Presiden republik ini muncul silih berganti. Tetapi dapat dikatakan pemberantasan korupsi hanyalah sebatas jargon semata tanpa ada upaya nyata di lapangan (malah banyak kalangan menganggap korupsi semakin menjadi-jadi). Konstelasi politik negara ini disinyalir ikut bertanggung jawab kenapa presiden seolah-olah tidak berdaya melawan korupsi. Tekanan dari elite politik ternyata berkekuatan lebih besar dari daya yang dimiliki presiden dan jajarannya untuk melawan korupsi (patut diingat bahwa Presiden sebelumnya dipilih dan diangkat oleh rakyat melalui MPR, jadi presiden dijatuhkan ditengah jalan adalah sesuatu yang mungkin----Gus Dur sebagai contoh). Sudah bukan rahasia lagi bahwa badan legislatif yang seharusnya mengawasi eksekutif adalah sarang koruptor. Jadi kalau presiden mau memberantas korupsi anak buahnya/eksekutif pasti ujung-ujungnya akan menyeret banyak oknum di legislatif (DPR dan MPR). Jadinya ya mereka saling tahu sama tahu lah. Saudara seguru seilmu tidak boleh saling menyakiti (begitu kira-kira semboyan mereka). Korupsi berjamaah pun semakin merajalela. Tidak hanya di pusat, tetapi juga di daerah. Terlebih kemudian dengan adanya otonomi daerah, munculnya raja-raja kecil yang korup semakin menjadi-jadi.

Pemilihan presiden secara langsung oleh rakyat, kemudian dibentuknya superbody KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan tentu saja komitmen Presiden untuk tetap konsisten memberantas korupsi walau dibawah tekanan pihak-pihak tertentu yang memiliki kekuatan politik yang besar (pihak2 yang tidak mendukung pemberantasan korupsi sudah jelas dapat kita golongkan sebagai koruptor juga) telah membawa angin segar untuk bangsa ini. Selama pemerintahan SBY sudah tidak terhitung lagi jumlah pejabat yang diseret ke pengadilan dan terbukti bersalah. Baik dari kalangan DPR, mantan menteri, Bupati, Gubernur, Aparat Hukum, dsb. Dibandingkan pemerintahan sebelum2nya, Pak SBY seharusnya masuk rekor MURI sebagai Presiden yang secara tidak langsung menjebloskan pejabat dan mantan pejabat baik pusat maupun daerah ke penjara dalam jumlah terbanyak (sejauh ini).

Sebagai warga negara dengan pemikiran dan pengetahuan yang masih dangkal, saya memberi apresiasi kepada SBY terkait dengan pemberantasan korupsi. Semoga melalui KPK, budaya korupsi ini akan dapat diberantas. Salut untuk kinerja KPK sejauh ini (kalau bisa obok-obok sampai daerah juga). Mari kita dukung bersama pemberantasan korupsi. Say No to Corruption

Rabu, 11 Juni 2008

Nona

Masih terekam jelas di kepalaku Nona, malam itu
Saat ku duduk membelakangimu, ku tahu kau ada di sana
Mencoba menahan degup yang semakin keras menghentak rongga dada
Tahukah kamu nona, asap yang kuhirup dalam
Hanya tuk usir derap dada yang semakin kencang, ku bingung harus berbuat apa
Juga masih terngiang indah Nona, saat nada merdu terbawa sang angin menggelitik gendang telinga, ya… saat kau sebut nama..saat kau panggil aku Nona….kau membuat senyum menghias bibirku
Terlebih lagi kau bangkit dari tempatmu, melangkah mendekat hampiri aku
Kau pun duduk di sampingku Nona
Oh, tidak kah kau sadar, ku terperangah malam itu
Memandangi eloknya dirimu, seolah sekitar tak ada arti
Oh Nona, seandainya saat itu ku beranikan diri ucapkan ini, saat kau ada di dekatku, di sampingku
“Nona….Kamu Sungguh Cantik Malam Ini”

Wanita

Senyum menawan menghias wajah
Raut sumringah mempesona
Sorot mata setengah menggoda
Bibir merekah membingkai tawa
Membangkitkan hasrat tuh menyentuh nafasnya

Lenggok gemulai seirama langkah
Lekuk menawan ciptaan sang Kuasa
Liak liuk jemari bermain, meniupkan pesan penuh arti
Tak kuasa menahan gejolak di dada
Asa tuk dekap dalam pelukan hangat

Lihat saat dia melangkah
Perhatikan saat dia membisu
Cermati saat dia tertawa dan marah
Dengarkan setiap nada dan kata yang mengalun dari bibir manis itu
Amati bagaimana pikirannya bekerja
Dan sang hati pun terpaut padanya

Mahluk menawan bernama wanita
Yang tercipta tuk sempurnakan dunia
Telah timbulkan reaksi kimia yang mampu mengguncang dunia
Mengalahkan berbagai reaksi dahsyat ciptaan manusia
Ia membuat damai dan bahagia
Itukah cinta?

Dilema buat yang Masih Sendiri : Mengejar Uang atau Wanita

Seorang teman berkata kepadaku : “If you chase for woman you will have lost money, but if you chase for money you won’t lose woman”. Kalau ditelan mentah2 pernyataan ini sangat benar adanya. Dalam kondisi jaman seperti sekarang sudah bukan aneh lagi wanita mengejar lelaki berduit. Tetapi kalau dipikir lebih dalam lagi, aku justru bertanya lagi pada diriku sendiri. Apakah aku mencari wanita sebagai pendamping hidup yang melengkapi diriku atau aku mencari wanita hanya untuk ada di sisiku saat aku membutuhkannya saja.

Menurutku, cinta (wanita) memang harus diperjuangkan. Dia harus dikejar. Tidak ada yang jatuh dari langit. Kalau toh dalam usaha tersebut kita mengeluarkan uang itu pasti terjadi. Mau nonton, makan, transport, dsb. pasti memerlukan uang. Tetapi kalau sampai karena wanita membuat kita kehabisan uang,berarti ada sesuatu yang salah. Wanita yang hanya meng”habis”kan uang kita bukanlah tipe wanita yang aku dambakan sebagai pendamping hidup. Wanita seperti itu (yang hanya mengambil, tidak mempunyai sifat mengisi) tidak beda jauh dengan wanita yang bisa dibeli. Dan sekarang sudah banyak wanita yang cintanya (?) bisa dibeli dengan uang. Bagiku cinta dan sayang tidak bisa dibeli dengan uang. Seorang wanita yang menikah dengan pria karena kekayaannya, bukan karena dia cinta terhadapa si pria, dalam hati kecilnya pastilah ia menderita. Dia terlihat bahagia dari luar, padahal di dalam hati ia menangis (apakah kebahagiaan sejati bisa dibeli dengan uang?)

Kalau toh si wanita tidak bersifat meng”habis”kan uang, tetapi ternyata uang kita tetap habis, berarti ada yang salah pada diri kita dalam mengelola hidup ini. Karena terlalu asyik mengejar wanita malah melalaikan tanggung jawab yang lain, pekerjaan/usaha,dsb. yang berakibat pada terganggunya income kita, maka jangan salahkan wanita jika ia meninggalkan kita. Wanita akan berpikir bagaimana ia bisa bertanggung jawab akan diriku (dan keluarga nantinya) sedangkan terhadap diri sendiri saja dia tidak bisa bertanggung jawab. Wanita tidak akan bisa dibodohi dengan kalimat2 gombal seperti : “ semua ku lakukan demi dirimu, aku kehilangan pekerjaanku, aku tidak bisa fokus pada bisnisku, kuabaikan waktu untuk usahaku, semua demi agar aku punya waktu lebih banyak bersamamu, bla..bla…bla).

Sekarang bagaimana jika kita bersikap menunggu datangnya wanita. Kita mengejar uang sebanyak2nya. Dan akhirnya saat itu datang juga. Berbondong2 wanita datang kepada kita (entah darimana asalnya). Segala trik dan strategi diluncurkan agar bisa sampai ke pelukan kita. Tapi, eits… tunggu dulu. Wanita memang akan datang, tetapi apakah yang datang itu adalah wanita yang mencintai kita dengan tulus? Kalau ia datang saat kita sedang berjaya maka tidak salah kalau kita berpikiran dia datang demi uang. Dan jawabannya sangat jelas, bukan dia yang aku inginkan sebagai pendamping hidupku.

Kalau kamu ingin mendapatkan cinta yang tulus dari seorang wanita, jangan jadikan uang sebagai umpan/senjata. Sentuh hatinya dengan perhatian, sayang. Ada saat dia membutuhkan, mencoba memahami dan mengerti. Menerima kelebihan dan kekurangannya. Kalau kamu mengandalkan uang untuk mendapatkan wanita, maka wanita yang datang kepadamu adalah wanita yang memang tertarik dengan uangmu. Dan ingat, hidup bagaikan roda yang terus berputar. Saat kamu tidak punya uang maka dia pun akan meninggalkanmu…

Buat wanita, jika kamu ingin mendapatkan cinta yang tulus dari seorang lelaki, jangan jadikan kecantikan wajahmu, keseksian tubuhmu sebagai senjata utama (tapi tetep perlu lho, hehehehehe). Kalau senjatamu hanya penampilan fisikmu semata, maka sudah bisa dipastikan, saat kerut mulai menghias wajahmu, tumpukan lemak mulai memeluk badanmu….lelakimu akan jatuh dalam dekapan wanita lain.

Selasa, 03 Juni 2008

Massa Atribut FPI Serang Aliansi Kebangsaan : Pemerintah, Berani Ngga?

Kehidupan berbangsa di Indonesia yang katanya penuh toleransi kembali terkoyak untuk kesekian kalinya. Minggu, 1 Juni 2008 lalu sekelompok massa yang menggunakan atribut sebuah organisasi keagamaan FPI melakukan tindakan yang sangat tidak terpuji. Menyerang massa yang menamakan diri Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB). Puluhan terluka akibat aksi anarkis ini. Tragisnya, aparat yang ada di lokasi tidak berbuat apa-apa mencegah aksi tersebut (diam dapat berarti mendukung bukan?).

Sudah bukan rahasia lagi, kelompok FPI sering melakukan tindakan kekerasan terhadap kelompok lain dengan mengatasnamakan agama. Terlepas dari benar atau salah alasan yang dikemukakan untuk melancarkan aksi-aksi serupa, seharusnya pemerintah (dalam hal ini kepolisian) menindak tegas orang-orang yang dengan jelas dan nyata melakukan perusakan, pemukulan, dan sebagainya (tanpa peduli dari organisasi/kelompok mana mereka). Sering kita lihat di saat bulan suci Ramadhan massa dari FPI melakukan sweeping di tempat-tempat hiburan, yang sangat disayangkan sering menggunakan aksi kekerasan. Dan aparat hanya tertegun menonton.

Menjadi tanda tanya besar kenapa pemerintah tidak berani bertindak tegas terhadap oknum/massa dari organisasi bersangkutan. Pemerintah harus melindungi setiang anggota masyarakat, apapun agamanya/keyakinannya. Kok terkesan sangat tidak adil. Massa yang jelas-jelas anarkis didiamkan begitu saja. Sedangkan mahasiswa yang demo BBM dikejar-kejar, dipukuli, dsb. Ketidaktegasan pemerintah dapat menjadi bumerang. Jika FPI dan organisasi sejenis yang melakukan penyerangan dibiarkan begitu saja, akan membuat kelompok lain berani melakukan aksi serupa. Bisa dibayangkan, jika Gerakan Pemuda Ansor benar-benar bereaksi dengan membubarkan paksa FPI (karena tindakan kekerasannya dinilai sudah terlalu jauh), akan terjadi pertumpahan darah antar sesama anak bangsa.

Sudah saatnya pemerintah membuktikan bahwa dapat menjadi pengayom setiap elemen masyarakat. Kenapa mesti takut menindak orang yang jelas sudah salah? Ayo Pemerintah-ku, buktikan kalau benar-benar berani menegakkan hukum!

*kita memang bangsa yang aneh… yang jelas-jelas salah dibiarkan bebas…yang belum tentu salah dibiarkan teraniaya….

Pilgub Bali : Ada Apa dengan KPUD?

Pilgub Bali segera tiba. Kurang lebih sebulan lagi (9 Juli 2008) untuk pertama kalinya masyarakat Bali akan memilih Gubernur dan wakilnya secara langsung. Sebelum masa kampanye dimulai, aroma busuk sudah muncul. Kali ini datang dari si empunya hajatan, Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Bali. Indikasi adanya penyimpangan muncul terkait dengan proses penetapan pemenang tender pengadaan barang oleh bagian pengadaan KPUD.

Seperti yang ramai diberitakan media massa, penetapan pemenang tender PT Intercity Kerlipan dicurigai penuh dengan rekayasa. Banyak pihak yang menggugat kompetensi perusahaan bersangkutan dalam kemampuan pengadaan perlengkapan pilkada. Tak sedikit yang mengungkapkan bahwa perusahaan tersebut tidak layak ditetapkan sebagai pemenang. Bahkan diduga penetapan pemenang tersebut sangat mungkin adalah kongkalikong oknum-oknum tertentu yang ingin mendapatkan keuntungan pribadi terkait pelaksanaan pilkada.

Hebatnya lagi, sekretariat KPUD Bali sudah dua kali melakukan kebohongan publik. Pertama mereka mengaku sudah melakukan inspeksi keandalan sistem PT Intercity Kerlipan. Ternyata, panitia tender belum kesana. Kedua, Bawasda disebutkan telah memberikan rekomendasi untuk penetapan PT Intercity Kerlipan sebagai pemenang tender proyek senilai sekitar 1.5 miliar rupiah tersebut. Padahal Bawasda sedang melakukan permeriksaan terkait kasus tersebut. Bahkan,ketua Bawasda sangat marah ketika lembaganya dicatut.

Nah lho, ada apa nih KPUD???

Minggu, 01 Juni 2008

KPK Selidiki Suap di Bea Cukai

Umum telah kita ketahui bahwa pekerjaan di Bea Cukai adalah lahan basah. “Basah” karena kalau mau berlaku tidak jujur bisa mendapatkan tambahan penghasilan yang berlipat dibandingkan gaji yang diterima. Wewenang yang dimiliki memungkinkan mereka berlaku “nista” dengan meminta uang pelicin kepada pengusaha/perusahaan agar proses keluar masuk barang dapat berjalan lancar.

Selama ini perilaku demikian hanya menjadi kabar/gosip yang banyak dari kita yakin akan keberadaannya tetapi tidak ada fakta yang terungkap. Patut disyukuri keberhasilan KPK bekerja sama dengan Dirjen Bea Cukai (sebagai upaya Bea Cukai membersihkan jajarannya dari praktek kotor) mengungkap adanya kasus suap di Bea Cukai Tanjung Priok. Dari sidak yang dilakukan terbukti bahwa terjadi proses suap kepada oknum pegawai Bea Cukai yang jumlahnya tidaklah sedikit. Diperkirakan dalam sebulan uang sejumlah 12.5 miliar rupiah masuk ke kantong oknum-oknum tersebut sebagai pelicin yang diminta kepada perusahaan.

Gebrakan KPK yang sekarang sudah mulai menyelidiki terjadinya penyimpangan di area pelayanan publik patut kita dukung. Untuk menciptakan good and clean governence, korupsi dengan berbagai bentuknya harus diberantas. Birokrasi harus didudukkan kembali kepada fungsinya sebagai pelayan masyarakat bukan sebagai pencuri uang rakyat.

Kembali kepada kasus di Bea Cukai,walaupun mereka tidak mencuri uang rakyat, tetapi dengan adanya tambahan biaya yang harus dikeluarkan oleh pengusaha akan menyebabkan terjadinya ekonomi biaya tinggi yang ujung-ujungnya adalah lebih tingginya harga produk di pasaran dibandingkan dengan seharusnya. Ekonomi biaya tinggi yang terjadi di Indonesia juga dapat menjadi pertimbangan investor untuk enggan menanamkan modalnya di sini. Selain itu mental oknum aparat/pegawai yang mudah disuap dapat menimbulkan terjadinya penyelundupan barang-barang haram ke negeri ini, sebagai contoh misalnya tentu saja narkoba.

Mari kita dukung upaya KPK dalam memberantas praktek korupsi di negeri tercinta ini. Jangan lupa, say no to corruption. Bebasnya negeri ini dari praktek korupsi akan melapangkan jalan bagi kita untuk mencapai tujuan masyarakat cerdas, adil, makmur, sejahtera, dan damai.

Kamis, 22 Mei 2008

Bangkit Indonesia

Aku bertanya
Kenapa di negeri yang kaya raya ini kita tetap miskin
Kenapa di negeri yang tanahnya subur ini pangan masih juga susah didapat
Kenapa bangsa yang katanya beragama dan bermoral ini begitu gampangnya menghunus senjata membunuh saudara
Kenapa keadilan menjadi komoditi dagang dengan penawar tertinggi sebagai pemenang

Dulu kita pernah berjuang bersama
Beratus2 tahun lamanya mengangkat senjata melawan kolinialisme dan imperialisme
Bukan hanya dengan senjata, juga dengan diplomasi di meja perundingan
Semua kita lakukan demi sebuah asa yang namanya KEMERDEKAAN
Merdeka berarti penjajah harus angkat kaki dari tanah tercinta ini
Merdeka berarti penjajah tidak berhak lagi mengambil kekayaan negeri yang melimpah ruah ini
Merdeka berarti bahwa bumi air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, di negeri yang bernama INDONESIA ini, menjadi milik kita, milik rakyat Indonesia
Merdeka berari kita sederajat dengan bangsa lain di mata dunia
Merdeka berarti lestarinya budaya luhung nusantara dari Sabang sampai Merauke

Tapi kita jangan pernah lupa
Saat berjuang dulu tidak sedikit anak bangsa yang rela menjadi antek kolonial
Demi keuntungan pribadi, demi harta, mereka tidak segan menjual nyawa para pejuang bangsa
Mereka rela menggadaikan IBU mereka sendiri, bumi pertiwi kita
Bukalah buku sejarah, maka tidak sedikit kita temukan nama mereka
Jangan pernah lupakan sejarah, karena darinya kita seharusnya bisa belajar
Menjadi pahlawan atau menjadi pengkhianatkah kita

Puluhan tahun telah kita lewati masa sebagai bangsa yang merdeka
Kita pernah memiliki angkatan bersenjata terkuat di asia
Kita pernah dikagumi karena ketahanan pangan bangsa
Kita pernah memilik pertumbuhan ekonomi yang membuat dunia mengacungkan dua jempol
Kita disebut-sebut sebagai salah satu macan asia

Sayang beribu sayang
Semua catatan manis itu telah hilang entah kemana
Naskah prestasi itu telah sobek digerogoti tikus-tikus yang aku heran muncul entah dari mana
Kita memang benar-benar lupa
Lupa pada sejarah, dimana pejuang kita rela mengorbankan bukan hanya harta benda, tetapi juga nyawa mereka demi 17 Agustus 1945
Kita benar-benar lupa arti Sumpah Pemuda
Secara sadar banyak dari kita, tak usah kusebut siapa, telah menjual dan menggerogoti bangsa ini
Demi uang, kepentingan pribadi, kepentingan golongan, kepentingan politik, dan demi kekuasaan
Demi segepok uang kita jual minyak, hasil tambang, dan masih banyak lagi secara sembarangan
Dan dalam hati, perusahaan2 asing itu tersenyum, betapa bodohnya Indonesia, betapa mudahnya mencari keuntungan berlipat-lipat di Indonesia, cukup dengan kau selipkan dolar ke saku pemegang kuasa, kau bisa dapatkan semuanya

Korupsi kolusi dan nepotisme pun mengakar dengan kuatnya
Sumpah jabatan atas nama Tuhan pun hanya menjadi kiasan semata
Yang mereka pedulikan adalah kantong mereka sendiri
Mereka benar-benar adalah pencuri
Mencuri uang rakyat, uang yang seharusnya digunakan untuk kesejahteraan seluruh bangsa
Mereka bukan hanya pencuri, mereka pun adalah pembunuh
Karna korupsi, puluhan juta rakyat masih tetap miskin
Karna korupsi, puluhan juta anak bangsa masih menganggur
Karna korupsi, jutaan anak kehilangan pendidikan yang layak
Karna korupsi, ribuan bayi meninggal kekurangan gizi

Janganlah kita berdiam diri melihat ini semua
Harus kita lakukan sesuatu
Kita lawan penyakit yang sudah kronis ini
Kita pasti bisa
Mulai dari diri sendiri
Selalu ingatlah bahwa saat kau hendak mencuri uang rakyat, kau telah menjadi seorang pembunuh
Kau harus malu, jangan pernah mencuri uang majikanmu

Bangsa kita dianugerahi orang-orang yang cerdas
Bangsa kita masih dipenuhi orang-orang yang jujur
Orang-orang yang masih mencintai bangsa ini
Orang-orang yang tidak akan mencuri satu sen pun dari bumi pertiwi ini
Orang-orang yang benci dengan yang namanya KORUPSI
Orang-orang yang punya mimpi akan bangsa yang adil dan makmur
Pada orang-orang demikianlah seharusnya kita serahkan kendali kapal yang bernama Indonesia

Kepemimpinan tanpa Bendera

Oleh : Sri Sultan Hamengku Buwono X (Jawa Pos, 19 Mei 2008)

Jika saat ini ada orang bertanya ”Apa salah satu tindakan berani seorang pemimpin pada era seperti sekarang ini?” Saya pasti akan menjawab, ”Berani menentang saran penasihatnya!” Sebab, banyak penasihat yang tiba-tiba gamang menghadapi dinamika sosial, politik, dan ekonomi yang bergerak fluktuatif seperti sekarang.

Jika ada penasihat yang menyarankan pembubaran kelompok keagamaan, padahal mereka tidak melakukan ajakan bunuh diri, pemaksaan, dan kekerasan, saran itu harus ditentang.

Jika ada penasihat yang hanya mendorong impor produk “serealia” (biji-bijian seperti padi, gandum, kedelai, jagung, shorgum manis) dan tidak menyarankan gerakan penanaman kembali produk pangan nasional, dia tidak perlu didengar. Jika ada penasihat yang mendorong kenaikan harga BBM, tapi tidak menyarankan bahwa ada cara lain yang bisa ditempuh lebih dulu seperti minta potongan utang luar negeri atau penundaan cicilan, sarannya harus ditunda—juka tidak boleh disebut harus ditolak.

Saran-saran seperti itu muncul karena ada kecenderungan kita untuk mempunyai ingatan (memori) pendek. Kita mudah lupa bahwa kita adalah bangsa yang multikultur. Tekanan sosial, ekonomi, dan politik telah membuat kita gamang, mudah lupa, dan malas melakukan sintesis demi tercapainya keseimbangan baru yang sinergis. Karena itu, harus ada keberanianuntuk melakukan kontestasi terhadap saran-saran tersebut.

Realitas pluralisme Indonesiaselayaknya memang menyadarkan seorang pemimpin bahwa eksistensinya tidak didasarkan pada massa golongan dan bendera politik. Dia hadir karena tindakannya, bukan karena posisinya. Pendeknya, kepemimpinannya adalah tanpa bendera.

Untuk mencapai taraf kepemimpinan tanpa bendera itu, langkah utama yang harus dilakukan adalah keberanian untuk melakukan pembalikan cara pikir.

Selama ini, kita dikerangkeng oleh pemahaman bahwa Sumpah Palapa dari mahapatih gadjah mada adalah sesuatu tanpa cela. Padahal, pemahaman pluralisme seperti itu, yang sebenarnya juga berakar dari seloka Bhinneka Tunggal Ika yang ditulis mpu tantular, juga berarti penaklukan wilayah-wilayah otonom yang akhirnya menjelma menjadi Nusantara.

Cara pikir pluralisme model Sumpah Palapa itu harus digeser menjadi pemahaman pluralisme model Sumpah Pemuda. Berbeda dari Sumpah Palapa yang merupakan relitas penaklukan wilayah, Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 adalah penyatuan wilayah atas inisiatif dari bawah. Ada imajinasi yang dibangun dari bawah oleh kaum muda tentang sebuah bangsa yang bersatu dan berdaulat.

Pembalikan cara berpikir kedua yang harus dilakukan kepemimpinan nasional tanpa bendera adalah mendayagunakan pluralisme yang dimiliki bangsa dan negara sebagai koordinat paradigma pembangunan. Sejauh ini, paradigma pembangunan hanya bergerak pada variabel ekonomika semata, sehingga pertumbuhan ekonomi menjadi semacam “tujuan suci”. Pemahaman seperti ini harus dibalik, dalam hal ini aspek “keadilan” menjadi titik terpenting pembangunan.

Dalam konteks ini, kearifan lokal menajdi roh dari paradigma pembangunan nasional. Karena itu, otonomi daerah harus didorong secara bersama-sama untuk menjadi lebih baik, sehingga proses pembuatan keputusannya mendekati aspirasi masyarakat.

Pembalikan cara berpikir terakhir adalah seorang pemimpin yang tanpa bendera, tanpa massa golongan, harus mampu membangkitkan optimisme publik tentang perasaan berbangsa (nation). Selama ini, pemimpin hanya dituntut memenuhi kebutuhan rakyat yang lebih bersifat “fisik” (pangan, sandang, papan) dan nonfifik elementer seperti pendidikan dan kesehatan.

Padahal, dalam masyarakat pluralisme seperti Indonesia, pemimpin itu juga dituntut membangkitkan kebanggaan berbangsa (nation building). Dengan demikian, akan muncul negarawan-negarawan di setiap sektor. Ada negarawan, petani, buruh, nelayan, guru, pengusaha, dan lain-lain.

Adalah tugas kepemimpinan pemanggul pluralisme bangsa untuk secara konsisten melakukan aksi, bukan sekadar mengejar dan mempertahankan posisi. Aksi itu adalah tindakan yang dilandasi prinsip,”Kehilangan harta benda berarti tak kehilangan apa-apa, kehilangan nyawa berarti kehilangan sebagian, kehilangan kepercayaan berarti kehilangan segala-galanya”.

Hilangnya Sense of Crisis

Baru membaca Kompas online 16 Mei 2008 mengenai artikel rencana kunjungan dinas anggota DPR ke Argentina. Kunjungan kerja ini melibatkan belasan anggota DPR beserta staf dan juga istri atau suami anggota dewan kita yang terhormat. Selayaknya kunjungan tentu saja anggota dewan kita mendapatkan uang saku per hari yang mencapai 4-5 juta rupiah per orang.

Yang membuat saya kecewa adalah ternyata kunjungan kerja disana yang benar2 efektif (berkaitan dengan pekerjaan) adalah 2 hari sedangkan total kunjungan mereka kesana adalah 9 hari. Wah…… Dan dari jadwal yang direlease disana ternyata kunjungan tersebut banyak sekali jalan-jalannya (Pak/Bu, kesana holiday ya?). Mosok holiday pakai duit rakyat. Ga sadar apa, bahwa negara kita ini sedang terpuruk/miskin, sampai2 pemerintah harus menaikkan harga BBM karena APBN kita sudah ga kuat lagi.
Anggota dewan yang katanya mewakili rakyat kok malah seolah-olah ga tahu apa yang dialami konstituennya. Saat rakyat menjerit dengan beban hidup yang makin menjepit, mereka malah berasyik-asyik holiday layaknya orang kaya.

Jadi teringat pada tetangga kos ku dulu di Cikarang-Bekasi. Mbak Susan namanya. Dengan jabatan Manager sebuah perusahaan asing di jababeka, mengharuskannya sering bepergian ke luar negeri berkenaan dengan tugas kantor. Ke China, Thailand, Filipina, dsb. Aku ingat sempet nyeletuk ke dia.. “Wah enak dong Mbak, tugas keluar melulu, banyak jalan2 nih.” Tetapi jawaban yang kuterima adalah, “Jalan-jalan gimana. Tetep ajah kerja disana, pindah kantor sementara ajah. Tetep saja pagi sampai sore/malam kerja. Mau jalan2 malamnya badan dah capek duluan. Kerja nih, bukan holiday. Mendingan aku kerjain di Indonesia kalo bisa.”

Mungkin itu salah satu beda birokrasi kita dengan swasta. Kalau perusahaan swasta tentu saja akan berhitung untung-rugi untuk perusahaan. Mengirim karyawannya ke luar negeri pasti dengan berbagai tugas yang dibebankan. Kalaupun karyawannya diberi kesempatan jalan2 disana, bisa dipastikan pasti porsi jalan2nya jauhhhhhh lebih kecilllll… bahkan terkadang si karyawan harus pake duit pribadi. Nah kalau pejabat pemerintah/DPR sudah umum kita ketahui bersama. Karena aturan mereka yang buat, dan uang yang dipakai adalah uang rakyat, mereka bisa saja (dan sering terjadi) mengatur jalan-jalan keluar negeri sembari kerja (bukan sebaliknya). Jadi pulang dari negeri orang pasti happy lah. Tugas “terlaksanakan”, holiday juga terisi.

BBM tidak perlu Naik

Menurut Rizal Ramli ada alternatif lain bagaimana menyelamatkan anggaran tanpa menaikkan BBM, berikut ini pendapatnya:

1. Indonesia adalah produsen minyak, harga BBM bisa tidak dinaikkan kalau produksi minyak tidak turun (intinya ya naikkan produksi minyak kita).
2. Ada peraturan jika harga minyak dunia naik maka transfer atau uang yang dikirim ke daerah-daerah penghasil minyak bumi dan gas juga naik. Kalau Indonesia lagi krisis, mestinya uang itu distop dulu, karena daerah juga belum siap menggunakan jika ada uang begitu. Akhirnya karena ada uang, mereka beli surat utang Bank Indonesia. Akhirnya negara mensubsidi bunga, tapi uangnya tidak kemana-mana.
3. Pemerintah Indonesia setiap tahun mensubsidi bank-bank yang direkapitalisasi, nilainya setiap tahun mencapai 35 triliun rupiah. Kalau ini dihentikan, tentu negara sudah melakukan penghematan sehingga tak perlu menaikkan harga BBM.
4. Anggaran negara 25% dipakai untuk membayar utang dan bunga pinjaman luar negeri. Padahal banyak dari utang itu istilahnya utang najis yang dulu pinjaman luar negeri tapi dikorupsi oleh pejabat-pejabat orde baru. Harusnya negara berani melakukan renegosiasi hutang seperti banyak dilakukan negara lain. Jadi, untuk bayar cicilan utang saja lebih tinggi dari total anggaran pendidikan kita. Termasuk lebih tinggi dari gaji pegawai negeri termasuk TNI dan Polri.
5. Dulu (jaman Gus Dur) diterapkan para menteri tidak naik pesawat first class. Dirjen, gubernur pakai kelas ekonomi. Artinya dilakukan penghematan anggaran hingga 4 triliun rupiah. Tetapi yang dilakukan pemerintah SBY sekarang malah mengeluarkan penetapan menteri harus naik pesawat first class, hotel juga harus minimal bintang 4.
6. Pertamina dan PLN tidak efisien. Ongkos produksi Pertamina untuk menghasilkan BBM termasuk paling tinggi di Asia. Itu karena banyak KKN-nya. Pertamina harus mengimpor BBM sebanyak 300 ribu barel per hari dengan alasan kilang-kilang kita harus dicampur. Minyak Indonesia yang tinggi sulfurnya dengan minyak Timteng yang rendah sulfurnya. Tetapi alasan ini terlalu dibuat-buat, sebab seharusnya pemerintah bisa memodifikasi kilang2 yang ada, sehingga bisa memproses minyak mentah sulfur produksi Indonesia. Kalau itu dilakukan kita tidak perlu impor minyak. Kenapa hal ini tidak dilakukan karena ada Mr X orang Indonesia yang terima USD 2 per barrel setiap kali Indonesia impor. Jadi Mr X ini terima 6 Miliar rupiah per hari. Ini yang mereka pakai untuk setor ke pusat-pusat kekuasaan.

Alternatif Pencegahan Kenaikan Harga BBM

Pemerintah benar-benar menghadapi dilema terkait dengan keputusan untuk menaikkan harga BBM. Protes keras dari berbagai elemen masyarakat menolak kenaikan harga BBM terus mengalir baik dari kalangan masyarakat, mahasiswa, praktisi, pengamat sosial ekonomi dan politik, juga dari kalangan DPR. Presiden dan jajarannya pun menyadari risiko politik yang bisa terjadi menyangkut kebijakan yang akan diambil ini, termasuk kehilangan puluhan juta suara rakyat di pemilu presiden tahun depan (jika mencalonkan diri lagi tentunya).

Disatu sisi, alasan/dasar pertimbangan yang dikemukakan oleh pemerintah terkait dengan kenaikan harga BBM sangat logis. Naiknya harga minyak dunia menyebabkan beban subsidi BBM yang harus ditanggung oleh APBN kita sangatlah besar (mencapai lebih dari 250 triliun rupiah per tahun dengan asumsi harga minyak dunia berkisar 120an US dollar). Kalau BBM tetap disubsidi maka pemerintah harus mengorbankan anggaran pembangunan yang lain (ujung2nya malah akan menghambat perekonomian negara bahkan besar kemungkinan malah akan jauh lebih buruk dibanding krisis tahun 97-98 kemaren). Terlebih lagi subsidi BBM tersebut harus kita akui lebih banyak dinikmati oleh warga dari golongan mampu (yang pakai mobil pribadi kan ikut menikmati subsidi BBM juga). Agar akibat yang timbul terkait kenaikan harga BBM tersebut tidak berdampak besar untuk rakyat yang benar2 membutuhkan, pemerintah telah menyiapkan program untuk rakyat miskin seperti beras raskin, BLT (bantuan langsung tunai), dsb.

Disisi lain, pendapat berbagai kalangan termasuk praktisi, bahwa BLT, dsb tidak akan efektif malah cenderung bisa menimbulkan masalah baru, patut dicermati. Penyimpangan pemberian BLT, menanamkan sifat ketergantungan masyarakat (alih-alih memperkuat kemampuan masyarakat untuk mampu meningkatkan penghasilannya), dsb adalah efek negatif yang dapat muncul. Karenanya banayk kalangan menyerukan agar pemerintah mengambil alternatif lain menyikapi melonjaknya harga minyak dunia. Kalaupun BBM naik, itu adalah opsi terakhir.

Dewan Perwakilan Daerah (DPD) telah menolak rencana pemerintah menaikkan harga BBM. DPD mengusulkan kepada pemerintah 9 opsi untuk menyelamatkan APBN, yaitu:
1. Penjadwalan pembayaran utang luar negeri dan pengurangan pembayaran bunga obligasi rekapitalisasi BLBI.
2. Membebankan pajak yang tinggi perusahaan minyak dan gas yang memperoleh keuntungan luar biasa dari kenaikan harga minyak di pasar dunia (windfall profit tax).
3. Membebankan pajak yang tinggi juga terhadap produk pertambangan dan komoditas tertentu yang juga mengalami lonjakan harga di pasar dunia, seperti emas, batu bara dan CPO.
4. Memotong alokasi anggaran belanja yang berprioritas rendah, baik di tingkat pusat maupun daerah, seperti pembangunan atau perehabilitasian gedung pemerintahan dan rumah jabatan, serta pembelian kendaraan dinas (apalagi kalau pemerintah dan DPR mau memberi contoh menjual mobil tunjangan jabatan yang mewah dan menggantinya dengan yang sederhana, trus mengurangi/menghilangkan anggaran kunjungan kerja yang tidak penting).
5. Mengefisienkan penggunaan energi, konservasi energi, serta melakukan tata kelola usaha yang transparan dan akuntabel (berani ngga ya, ntar ketahuan banyak pejabat yang korup).
6. Reformasi tata niaga minyak dan gas serta menghilangkan peran pialang (broker) (kalau ini diusut pasti ketahuan banyak pejabat atau keluarga pejabat yang menjadi broker).
7. Meningkatkan produksi minyak dan gas.
8. Mengefisienkan cost recovery dan menghilangkan potensi kerugiannya (berarti jangan2 ada kongkalikong pejabat dengan perusahaan minyak/tambang asing sehingga cost recoverynya digelembungkan sedemikian besar).
9. Meningkatkan dan memantapkan upaya mengatasi masalah kemiskinan.


Karena subsidi BBM tersebut ternyata paling banyak dinikmati oleh orang mampu bukankah akan sangat tepat jika untuk mereka yang menggunakan mobil pribadi (bisa dibuat klasifikasi/kriteria) diharuskan memakai pertamax dan sejenisnya yang tidak disubsidi, sedangkan premium hanya diperuntukkan sepeda motor dan kendaraan umum (plus di tiap SPBU aparat polisi/TNI ditugaskan mengawasi bahwa program ini berjalan dengan benar) . Selain adil buat rakyat miskin juga bisa menjadi alternatif solusi mengurangi kemacetan bukan?

Krisis BBM---Motor Listrik Sebagai Alternatif

Sekarang ini kita dihadapkan pada pilihan yang sulit terkait dengan melonjaknya harga minyak dunia. Semakin meningkatnya konsumsi minyak yang tidak berbanding lurus dengan supply/produksi (termasuk juga karena terjadinya konflik di negara-negara produsen) menyebabkan kenaikan harga minyak dunia tidak bisa dihindari. Hal ini berimbas pada meroketnya subsidi BBM yang harus ditanggung oleh pemerintah. Kita memang termasuk negara produsen minyak, tetapi karena kita belum mampu mengolah minyak mentah secara optimal menyebabkan kita mengekspor minyak mentah lalu mengimpornya kembali. Pun ladang-ladang minyak yang kita punya belum bisa kita eksplorasi dengan maksimal (supply lebih kecil dibanding kebutuhan dalam negeri). Ujung-ujungnya kita akan bersiap menghadapi kenyataan dinaikkannya harga BBM. Mau tidak mau nampaknya hal ini harus dilakukan jika harga minyak dunia tetap menggila. Kalau tidak maka APBN kita akan jebol, pemerintah tidak akan mampu membiayai proyek pembangunan dibidang lain jika anggaran yang ada terpaksa digunakan untuk subsidi BBM.

Ajakan pemerintah untuk melakukan penghematan BBM dan listrik harus kita dukung. Kita harus akui bahwa kita sangat boros energi. Sedikit-sedikit pakai kendaraan bermotor, tidak peduli jauh atau dekat. Semua berlomba-lomba membeli kendaraan (dan tragisnya banyak yang membeli bukan karena kebutuhan, tetapi untuk image/gengsi). Selama bisa bawa mobil, buat apa naik angkot? Begitulah mungkin yang ada dipikiran orang-orang yang sangat mengagungkan citra/gengsi. Kalau rumah/kamar ga pakai AC, apa kata dunia? Kalau perlu AC-nya di set pada suhu 17-18 derajat, suhu 25 masih panas (sepertinya ga sadar kalau kita hidup di negara tropis, dan kita sudah terbiasa dengan suhu luar 28-33).Penghematan listrik harus kita lakukan karena sangat berkaitan erat dengan krisis BBM. Sebagian besar pembangkit listrik di negara kita menggunakan BBM sebagai sumber energinya.

Terkait dengan semakin mahalnya harga BBM sekarang ini ternyata telah hadir motor listrik di pasaran (di Bali sudah ada juga lho). Kendaraan ini akan mampu menjawab 2 isu utama sekaligus, yaitu menjaga bumi tetap bersih tanpa kontaminasi bahan bakar minyak (ramah lingkungan), dan hemat energi, karena untuk jarak tempuh 80 km memerlukan 1.5 kWh (atau setara dengan Rp 900). Kecepatan maksimal yang bisa dicapai pun lumayan, 45 km/jam. Kalau baterai sudah melemah, tinggal di recharger. Mungkin sekarang kita harus memberi perhatian yang lebih untuk produk motor listrik ini. Anda berminat?

Korupsi-----Sebuah Budaya Baru

Indonesia telah dikenal sebagai negara/bangsa dengan keanekaragaman budaya dan adat istiadat. Terbentang dari Sabang sampai Merauke, terdiri dari berbagai suku bangsa, menganugerahi kita berbagai tradisi dan adat yang unik dan berbeda antar daerah/suku. Di dalam negara ini terdiri dari berbagai agama, bahasa, dan berbagai hal lain yang berbeda. Tetapi patut disyukuri juga, disamping begitu banyak hal yang berbeda, kita memiliki satu kesamaan dari Ujung Barat sampai Ujung Timur Indonesia yaitu sebuah budaya baru yang entah sejak kapan lahir di bumi pertiwi ini yaitu Korupsi (berikut turunannya seperti kolusi dan nepotisme).

Indonesia kembali meraih penghargaan tingkat Internasional. Setelah sebelumnya hanya berada di urutan ketiga sebagai negara terkorup akhirnya bangsa ini berhasil juga meraih posisi puncak untuk kategori Pejabat Korup. Karena sudah menjadi budaya bangsa (bukankah kita sering mendengar jargon agar menjaga tradisi/budaya bangsa) maka tak heran menjadi pejabat maupun PNS adalah idaman jutaan orang (mereka seolah menutup mata dan telinga dengan kenyataan bahwa secara aturan yang berlaku penghasilan sebagai pejabat negara/PNS sebenarnya tidak lebih besar dibanding profesi/pekerjaan lain--untuk tidak menyebut gaji sebagai PNS adalah pas-pasan sekarang ini). Miliaran rupiah rela disiapkan sebagai pelicin agar bisa menduduki jabatan tertentu (jabatan politik-red). Tak terhitung orang tua yang rela menyediakan puluhan bahkan sampai ratusan juta rupiah agar anaknya bisa diterima sebagai PNS. Bahkan tak sedikit Pemuda-Pemudi bangsa yang katanya sebagai generasi penerus rela menunggu tahun2 berikutnya jika tidak lolos dalam ujian PNS (menunggu dan hanya menunggu sambil berharap tahun berikutnya segera tiba). Tak bisa dipungkiri bahwa pemasukan lain sebagai birokrat seperti sebagai makelar (makelar kasus, makelar proyek,dsb), komisi dari berbagai sumber, maupun hasil jerih payah mengutak-atik angka anggaran menjadi magnet yang begitu dahsyat menarik hati/nurani mereka yang katanya lahir di negara yang religius ini (coba lihat bagaimana bangsa ini beribadah dan merayakan hari suci agamanya-----luar biasa religiusnya). Jamak kita lihat, dengan gaji 3 jutaan rupiah, birokrat kita bisa hidup di rumah miliaran plus berderet mobil mewah menghiasi garasinya.

Apa yang salah dengan bangsa ini? Pantas saja, jurang si kaya dengan si miskin semakin lebar. Rakyat yang seharusnya menjadi objek dari pembangunan , yang seharusnya disejahterakan, masih belum bisa menikmati apa yang seharusnya mereka dapatkan. Bagaimana tidak? Triliunan (puluhan mungkin ratusan) rupiah per tahun uang yang seharusnya digunakan untuk mensejahterakan rakyat melalui pembangunan di berbagai sektor menguap digerogoti tikus-tikus yang bersembunyi di balik selimut yang bernama birokrasi. Disini kanibalisme halus terjadi. Manusia memakan manusia. Abdi negara (yang seharusnya melayani rakyat ) memakan Raja/Ratunya sendiri. Disitulah salah satu letak kesalahan kita. Yang seharusnya mengabdi malah mencuri. Yang seharusnya melayani malah berlagak seperti Raja/Penguasa.

Memang masih banyak orang-orang di birokrasi yang jujur. Sayangnya kejujuran mereka tidak dijadikan contoh oleh mayoritas lain yang telah dibutakan oleh uang. Gaji PNS yang kecil mereka jadikan alasan pembenaran tingkah laku mereka. Kalau sudah tahu bahwa gaji tidak akan cukup tuk memenuhi kebutuhan hidupmu, tidak mampu menyokong gaya hidupmu, kenapa kamu malah memilih untuk menjadi abdi negara? Seharusnya kebutuhan hidupmu, gaya hidupmu disesuaikan dengan gaji yang kamu terima, bukan sebaliknya. Kalau begitu jangan salahkan jika banyak dari kami yang curiga bahwa niat kamu untuk masuk ke pemerintahan/birokrasi sebenarnya adalah bukan untuk mengabdi kepada rakyat/negara tetapi untuk mengabdi kepada nafsumu/ keinginanmu untuk menumpuk kekayaan secara instan (tanpa ada risiko bangkrut, satu2nya risiko yah ketahuan trus dipenjara deh…tapi karena korupsinya dilakukan secara bersama-sama dan kerja sama dengan departemen lain maka cukup aman kan).

Kita memang betul2 bangsa yang cerdas, sangat mempraktekkan prinsip ekonomi, usaha sekecil2nya untuk mendapatkan hasil sebesar2nya. Prinsip kerja keras, tanggung jawab terhadap kewajiban hanya menjadi pegangan sebagian kecil anak bangsa. Santai, leha2, halalkan segala cara menjadi paham yang lebih banyak pengikutnya. Kita lihat bersama, sudah korupsi, kerjanya nyantai (datang ke kantor baca koran,bergosip ria, jam dua masih berkeliaran di jalan/mall dsb) menjadi potret birokrat/PNS kita (tapi tidak semua seperti ini, masih banyak yang lain yang patut diteladani).

Apa yang harus kita lakukan? Saya setuju bahwa gaji PNS harus dinaikkan (gaji menteri saja kalah dengan dirut BUMN). Tetapi kenaikan gaji tersebut harus disertai dengan peningkatan kinerja. Harus ada reward dan punishment. Tidak ada salahnya mempromosikan yang muda yang kinerjanya cemerlang ke posisi lebih tinggi. Dan nampaknya perlu memberikan alternatif pensiun dini kepada mereka yang tidak memberi kontribusi minimal yang diharapkan. Harus dibuat sistem kerja birokrasi yang terstandardisasi. Segala hal harus ada standard yang dijadikan acuan dalam bekerja. Pencegahan terjadinya penyelewengan/korupsi harus terintegrasi di dalam sistem yang ada. Jangan sampai ada celah di dalam sistem kerja dimana memungkinkan korupsi dilegalkan (sebagai bangsa yang cerdas kita pasti mampu menciptakan sistem ini, jangan kalah kepada pihak swasta yang punya mekanisme meminimalkan korupsi). Dan hukum harus dijadikan sebagai panglima. Tidak ada yang kebal terhadap hukum. Yang salah/korup harus ditindak dengan tegas. Pencopotan jabatan tidaklah cukup. Untuk membuat efek jera, mungkin harus diberlakukan hukuman yang berat (mungkin sampai hukuman belasan tahun atau sampai hukuman mati seperti di China?). Niat seseorang untuk korupsi harus dihadapkan pada risiko bahwa ia bisa terkena hukuman sangat3 berat (sampai mati?). Niat seseorang untuk korupsi harus dicegah dengan sistem birokrasi yang tidak memungkinkan hal itu terjadi. Kalau terjadi korupsi maka akan segera terdeteksi (tidak seperti sekarang yang masih berliku2 untuk menyingkap tabir korupsi).

Tetapi melihat kondisi sekarang ini memang masih jauh untuk mengharapkan pejabat/birokrat/PNS takut berkorupsi. Tapi setidaknya sudah ada langkah awal menuju kesana. Sebagai contoh di tingkat pusat, keberadaan KPK dengan sepak terjangnya sekarang ini dapat menjadi angin segar buat kita yang mengharapkan korupsi enyah dari birokrasi kita. Semoga langkah ini terus berlanjut ke arah yang lebih baik (walaupun nantinya ganti presiden, semoga pemberantasan korupsi tetap menjadi salah satu prioritas utama). Mengutip salah satu pengamat ekonomi yang mengatakan bahwa bangsa Indonesia belum bisa sejajar dengan negara maju lainnya (padahal Indonesia dilimpahi sumber daya alam yang melimpah, sumber pertanian dan perikanan yang luar biasa, dan sumber daya manusia yang mumpuni) karena tingkat korupsi yang luar biasa. Jadi, negara kita tetap melarat (walaupun cukup banyak orang kaya) adalah karena penyakit Korupsi…..

Jumat, 16 Mei 2008

Terpesona

Terpesona aku
Malam itu
Saat ku jumpa lagi denganmu
Senyum menawan
Cahaya menghias wajah mu
Melihatmu tertawa

Semakin hari
Dirimu makin menggelitik hati ini
Ku berharap
Dapat bertatap lagi denganmu
Bukan hanya tuk sesaat

Ku masih menunggu
Kesempatan tuk kenali dirimu
Ketulusanmu tuk kenali diriku
Beri aku secercah cahaya di kegelapan ini

Jumat, 02 Mei 2008

Senandung Hati

Cintaku
Dengarkanlah
Berikan aku waktu tuk bicara
Bukan tentang orang lain
Ini tentang aku dan kamu
Ini tentang perasaanku kepadamu
Cinta dan sayangku padamu

Aku memang bukan dia
Yang selama ini telah ada di hatimu
Yang selama ini telah temani hari-harimu
Yang melihatmu tertawa
Yang menemani tangismu

Sekali lagi aku memang bukan dia
Dan akupun tidak ingin menjadi dia
Aku adalah aku

Aku mungkin tidak bisa menjadi pendengar yang baik saat kau berkeluh kesah tentang banyak hal
Aku mungkin tidak bisa menjadi orang bijak yang membantu memecahkan masalah2 yang menghampirimu
Aku mungkin tidak bisa mengembalikan keceriaan dalam raut wajahmu saat kau bersedih
Aku juga mungkin tidak akan selalu ada saat kau membutuhkanku

Lalu apa yang bisa aku berikan kepadamu?
Aku hanya bisa memberi ketidaksempurnaanku
Aku bukan dewa
Aku hanya manusia biasa
Aku hanya sang lelaki
Lelaki yang sedang mengenal cinta
Lelaki yang sedang belajar tentang cinta
Lelaki yang sedang belajar bagaimana harus mencinta

Aku hanya lelaki….bukan arjuna
Yang sedang berlutut untuk datangnya sebuah kesempatan
Kesempatan untuk mencinta
Dan itu aku nantikan darimu

Senin, 28 April 2008

Uluwatu (3)----Bali on Sale

Dikavlingnya tanah di Uluwatu oleh investor benar-benar membuktikan bahwa Bali memang sedang dijual. Bali bagaikan gadis cantik yang diperebutkan untuk dimiliki dan dikuasai. Ratusan bahkan ribuan hektar tanah telah dialihfungsikan menjadi lapangan golf dan villa. Tragisnya pengalihfungsian lahan tersebut banyak sekali melabrak peraturan dan awig-awig yang sebetulnya dibuat untuk menjaga Bali tetap me-Taksu dan tetap Ajeg.

Wisatawan datang ke Bali karena keindahannya, karena adat istiadat budayanya, karena spiritualitasnya. Masuknya investasi dengan deras ke Bali termasuk dengan “membeli” peraturan yang ada sehingga memperlancar proyeknya pelan tapi pasti akan menghancurkan Bali. Dan anehnya, sekian kurun waktu pejabat-pejabat berwenang, pemegang kebijakan, penegak aturan, seakan-akan membisu. Tidakkah mereka yang menjabat itu menyadari bahwa masuknya investor tersebut adalah untuk bisnis semata. Mereka tidak peduli pada apa yang akan terjadi pada Bali di masa datang. Yang mereka pikirkan adalah apa yang dapat diperoleh dari Bali. Setelah 10 tahun mereka mungkin sudah bisa balik modal dari investasi yang mereka tanamkan. Untuk tahun-tahun berikutnya mereka menikmati keuntungan berlebih dari bisnisnya disini. Kalau kemudian kunjungan wisatawan ke Bali semakin sedikit (karena Bali di masa datang sudah tidak indah lagi, sudah memudar spiritualitasnya), mereka toh tidak rugi-rugi amat. Mereka akan mencari tempat lain untuk berinvestasi kembali.

Tetapi apa yang akan terjadi pada Bali? Apa yang akan menimpa penduduk Bali? Bali yang mengandalkan pariwisata apakah bisa bertahan/sejahtera saat wisatawan tidak lagi melirik kita? Seharusnya pemikiran untuk jangka panjang dalam membuat kebijakan dan tentu saja pelaksanaannya menjadi pedoman pejabat dalam mengatur arus investasi yang masuk. Seharusnya tidak boleh lagi ada Tanah Lot kedua. Tetapi kenyataannya apa yang terjadi di sana terulang lagi di tempat-tempat lain. Dan yang harus disorot tentu saja pejabat yang meng-iya-kan proyek-proyek tersebut. Apakah pejabat-pejabat kita di Bali sudah tidak percaya lagi dengan Hukum Karma?

Semoga bapak/ibu yang duduk di atas masih mempunyai jiwa “Bali” yang jujur dan tidak bisa dibeli oleh uang.

*Ketika kau masih berkuasa, ketika kau masih muda dan sehat-kau lupa bahwa kekuasaan itu bersifat sementara. Kau lupa bahwa usia muda dan energi yang kau miliki saat ini akan sirna. Kau tidak ingat bahwa kesehatan itu adalah rahmat Gusti Allah, berkah Hyang Widhi. Apa yang terjadi ketika rahmat dan berkah itu dicabut? Tinggal menoleh ke kanan dan ke kiri, dan kau akan melihat sendiri-----Anand Krishna*

Uluwatu (2) ----- Cerita berlanjut……

Kisruh berkenaan dengan ‘pemerkosaan’ kawasan suci Uluwatu terus berlanjut. Setelah munculnya isu ini ke permukaan, banyak fakta mengejutkan mulai terungkap. Belasan villa ternyata telah bermunculan di area yang termasuk kawasan suci Uluwatu (yang secara peraturan tidak diijinkan). Dan hebatnya lagi, ternyata villa-villa tersebut telah mengantongi ijin dari Pemkab Badung. Dan semakin hebat lagi ternyata Pemkab berani mengeluarkan ijin karena mengaku tidak pernah ada protes dari warga.

Saya salut sekali dengan tindakan pejabat/instansi yang memberi ijin. Salut karena mereka sangat berani melanggar peraturan yang ada. Keberanian memang sikap mental yang kita butuhkan jika kita ingin berhasil meraih sesuatu. Tapi sayang sekali bapak/ibu pejabat sekalian, keberanian yang anda pertontonkan tidak pada tempatnya. Kalau anda berani menolak permohonan ijin investor untuk mendirikan villa karena hal tersebut dilarang oleh peraturan yang berlaku, maka kami akan bangga dengan kalian. Mungkin anda beralasan bahwa ijin itu dikeluarkan karena anda berpihak kepada warga Pecatu. Warga Pecatu tidak dapat memanfaatkan lahan yang mereka punya di area kawasan suci karena lahan tersebut berkapur dan tidak cocok untuk ditanami sesuatu yang menghasilkan uang, di lain pihak warga terkena beban pajak yang sangat tinggi (karena dianggap lahan berada di kawasan pariwisata-bahkan ada yang harus membayar 30 juta setahun padahal lahan tidak bisa dimanfaatkan).

Sebagai abdi negara yang ‘digaji’ oleh rakyat maka sudah sepantasnya bapak/ibu dan rekan sekalian yang duduk di pemerintahan mengabdi untuk kepentingan rakyat. Pekerjaan sebagai abdi negara adalah pekerjaan yang sangat mulia (bukankah kita semua ingin mengabdi, baik untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara). Sebagai mahluk Tuhan yang dibekali intelektual untuk mengatasi masalah yang dihadapi, terlebih duduk di pemerintahan, saya yakin banyak alternatif yang bisa dilakukan untuk membantu warga Pecatu berkaitan dengan masalah tersebut tanpa melanggar peraturan yang sudah ada. Kalau toh peraturan yang sudah ada ternyata tidak berpihak kepada mereka, bukankah peraturan tersebut bisa diusulkan untuk diubah? Kalau toh peraturan mengenai batas suci Sad Khayangan sejauh radius 5 km tidak bisa diutak-atik lagi (peraturan ini tentu sudah dibuat dengan pertimbangan yang sangat matang demi kepentingan Bali sebagai sebuah Pulau Spiritual), bukankah masih ada laternatif lain. misalnya dengan meringankan beban pajak bagi warga disana.

Ketika memutuskan untuk bekerja di pemerintahan, seharusnya kita semua sudah tahu hak dan kewajiban yang akan kita jalani. Sebagai abdi negara, tugas bapak/ibu dan rekan sekalian bukanlah sebagai pedagang, bukan sebagai makelar. Kalau mau jadi pengusaha/pedagang ya jangan masuk ke pemerintahan. Atau silakan menjadi pedagang/pengusaha di luar waktu yang harus anda sediakan sebagai abdi negara. Tetapi tolonglah jangan jadikan wewenang yang melekat pada jabatan anda sebagai kesempatan meraih keuntungan secara finansial (istilah untung rugi seharusnya adalah alamnya dunia ekonomi, dunianya pedagang/pengusaha). Saya pribadi yakin bahwa anda tahu tentang aturan yang melarang pembangunan di kawasan suci tersebut. Lalu, apakah karena tergiur dengan gemerincing uang yang ditawarkan oleh investor anda seketika berubah menjadi seorang pedagang? Dalam hal ini tentu saja anda berdagang ijin, ijin untuk membangun. Sungguh sangat sangat sangat menyedihkan. Ternyata uang memang bisa membeli segalanya, termasuk HARGA DIRI kita. Terlepas dari benar tidaknya ada permainan uang dalam keluarnya ijin tersebut (bahkan saat proses pembangunannya pun tidak ada protes dari pengawas), saya sebagai warga biasa tetap mengucapkan terima kasih atas pelajaran yang bapak/ibu berikan melalui kasus ini. Kasus ini bisa kita jadikan contoh. Contoh baik yang patut kita teladani atau contoh buruk yang sebaiknya kita hindari. Dan kita bebas menentukan pilihan mana yang akan kita ikuti.

*Menurut informasi, 3 Dinas terkait keluarnya ijin tersebut terkesan saling lempar tanggung jawab (kalau masalah tanggung jawab pasti saling lempar, kalau urusan duit…… hehehehe)

Sabtu, 26 April 2008

Yang Sesat dan Yang Ngamuk

Seandainya semakin banyak tokoh seperti A.Mustofa Bisri, kita semakin punya harapan akan lebih terwujudnya kerukunan hidup umat beragama baik antar agama maupun intra agama. Berikut adalah tulisan beliau yang saya ambil dari sebuah koran nasional.

Karena melihat sepotong, tidak sejak awal, saya mengira massa yang ditayangkan TV itu adalah orang-orang yang sedang kesurupan masal. Soalnya, mereka seperti kalap. Ternyata, menurut istri saya yang menonton tayangan berita sejak awal, mereka itu adalah orang-orang yang ngamuk terhadap kelompok Ahmadiyah yang dinyatakan sesat oleh MUI.

Saya sendiri tidak mengerti kenapa orang yang dinyatakan sesat harus diamuk seperti itu? Ibaratnya, ada orang Semarang bertujuan ke Jakarta, tetapi ternyata tersesat ke Surabaya, masak kita-yang tahu bahwa orang itu sesat-menempelenginya. Aneh dan lucu.

Konon orang-orang yang ngamuk itu adalah orang-orang Indonesia yang beragama Islam. Artinya, orang-orang yang berketuhanan Allah Yang Maha Esa dan berkemanusiaan adil dan beradab. Kita lihat imam-imam mereka yang beragitasi dengan garang di layar kaca itu kebanyakan mengenakan busana Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Kalau benar mereka orang-orang Islam pengikut Nabi Muhammad SAW, mengapa mereka tampil begitu sangar, mirip preman? Seolah-olah mereka tidak mengenal pemimpin agung mereka, Rasulullah SAW.

Kalau massa yang hanya makmum, itu masih bisa dimengerti. Mereka hanyalah mengikuti telunjuk imam-imam mereka. Tapi, masak imam-imam yang mengaku pembela Islam itu-tidak mengerti misi ciri Islam yang rahmatan lil’aalamiin, tidak hanya rahmatan lithaaifah makhshuushah (golongan sendiri). Masak mereka tidak tahu bahwa pemimpin agung Islam, Rasulullah SAW, adalah pemimpin yang akhlaknya paling mulia dan diutus Allah untuk menyempurnakan akhlak manusia.

Masak mereka tidak pernah membaca, misalnya ayat Q. 5:8 yang artinya, wahai orang-orang yang beriman jadilah kamu penegak-penegak kebenaran karena Allah dan saksi-saksi yang adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu kepada suatu kaum menyeret kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah; adil itu lebih dekat kepada takwa. Takwalah kepada Allah. Sungguh Allah Maha Mengetahui apa yang kau kerjakan.

Apakah mereka tidak pernah membaca kelembutan dan kelapangdadaan Nabi Muhammad SAW atau membaca firman Allah kepada beliau Q. 3: 159, artinya, maka disebabkan rahmat dari Allah-lah engkau berperangai lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau kasar dan berhati kejam, niscaya mereka akan lari menjauhimu…..”

Sungguh saya tidak mengerti jalan pikiran atau apa yang merasuki pikiran mereka sehingga mereka tidak mampu bersikap tawaduk penuh pengayoman seperti dicontoh-ajarkan Rasulullah SAW di saat menang. Atau, sekadar membayangkan bagaimana seandainya mereka yang merupakan pihak minoritas (kalah) dan kelompok yang mereka hujat berlebihan itu mayoritas (menang).

Sebagai kelompok mayoritas, mereka tampak sekali seperti kata orang Jawa-tidak tepa selira. Apakah mereka mengira bahwa Allah senang dengan orang-orang yang tidak tepo seliro, tidak menenggang rasa? Yang jelas Allah, menurut Rasul-Nya, tidak akan merahmati mereka yang tidak berbelas kasihan kepada orang.

Saya heran mengapa ada-atau malah tidak sedikit-orang yang sudah dianggap atau menganggap diri pemimpin bahkan pembela Islam, tapi berperilaku kasar dan pemarah. Tidak mencontoh kearifan dan kelembutan Sang Rasul, pembawa Islam itu sendiri. Mereka malah mencontoh dan menyugesti kebencian terhadap mereka yang dianggap sesat.

Apakah mereka ingin meniadakan ayat dakwah? Ataukah, mereka memahami dakwah sebagai hanya ajakan kepada mereka yang tidak sesat saja? Atau ? kelihatannya kok tidak mungkin kalau mereka sengaja berniat membantu menciptakan citra Islam sebagai agama yang kejam dan ganas seperti yang diinginkan orang-orang bodoh di luar sana. Tapi…..

Rabu, 23 April 2008

Biofuel Picu Krisis Pangan

Artikel berikut saya ambil dari Jawa Pos, 22 April 2008. Saya posting disini dengan maksud supaya dapat memberi pemikiran yang berbeda buat kita terkait dengan isu global warming dan krisis pangan.

Antisipasi krisis energi dengan mencari sumber bahan bakar alternatif justru semakin mengancam persediaan pangan dunia. Sebab, sebagian bahan pangan lantas dialokasikan untuk memproduksi biofuel. Akibatnya harga bahan panagn kian melambung.

Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB) mengimbau negara-negara berkembang lebih mengamankan cadangan bahan makanan bagi kebutuhan pangan daripada biofuel. “Sudah saatnya negara-negara di seluruh dunia meninjau kembali kebijakan mereka soal biofuel. Apalagi, sampai sekarang belum jelas seberapa ramah biofuel terhadap lingkungan,” ujar Managing Director ADB Rajat Nag dalam wawancara dengan The Associated Press kemarin (21/4).

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa produksi masal biofuel justru menghancurkan hutan serta lahan pertanian. Karena tidak lagi tersedia cukup lahan untuk tanaman pangan di hampir seluruh negara, kebutuhan pangan makin menipis. “Karena itu, kami mengimbau pemerintah negara-negara berkembang untuk benar-benar memikirkan kembali kebijakan tentang subsidi biofuel. Sebab, subsidi itu sama saja dengan membebankan pajak semu terhadap makanan pokok,” lanjut Nag.

Menurut dia, pemerintah di beberapa negara membatasi produksi pangan dengan menyarankan petani menanam bahan biofuel. Tanpa menyebut negara itu, dia membeber bahwa produsen ethanol terbesar dunia (Amerika Serikat) menyebabkan harga jagung dan biji-bijian lain melambung. Sebab di negara adidaya itu, ethanol dihasilkan dari jagung dan gandum. Kabarnya, AS memberikan subsidi kepada petani yang bersedia menanam jagung dan gandum untuk produksi ethanol.

“Kami yakin, membiarkan petani menentukan sendiri tanaman yang mereka budidayakan akan lebih bijaksana,” ujar Nag. Yang terpenting, pilihan jenis tanaman tersebut lebih didasarkan pertimbangan harga, baik relatif maupun internasional, bukan bergantung pada besaran subsidi.

Belakangan, harga pangan yang terus melambung akibat kenaikan harga bahan bakar mengerek ongkos produksi dan transportasi. Protes dan konflik internal pun tak bisa dihindari. Beberapa pekan terakhir, krisis pangan telah memicu kerusuhan di Karibia dan beberapa negara Afrika serta Asia.

Bertolak dari fenomena tersebut, Nag bakal menjadikan krisis akibat kenaikan harga bahan pangan sebagai agenda utama pertemuan tahunan ADB di Madrid, Spanyol, pekan depan. Dia juga mengimbau pemerintah tidak mengatasi menipisnya cadangan pangan dengan menetapkan harga atau melarang ekspor. Kebijakan itu justru kontraproduktif. “Mengendalikan harga pangan hanya akan membuat petani mengurangi kapasitas produksi. Kita tidak inginkan itu.”

Uluwatu ------ Next Target

Sedikit terkejut juga membaca artikel di koran pertengahan April ini. Topiknya mengenai usulan dari warga Pecatu agar batas kesucian Pura Luhur Uluwatu diciutkan menjadi hanya 1 km (sebelumnya adalah 5 km sesuai dengan peraturan yang sudah ada). Dari alasan yang dikemukakan secara logika sebenarnya masuk akal. Dengan kondisi tanah berkapur, dalam radius batas kesucian pura selama ini, maka secara ekonomi sangatlah tidak menghasilkan bagi warga sekitar. Lahan tidak dapat ditanami sesuatu yang produktif. Dengan mengandalkan pariwisata sebagai ‘jualan’ utama tentu beralasan jika warga berharap dapat memanfaatkan lahan tersebut untuk kepentingan pariwisata.

Tapi sedikit tergelitik juga, apakah benar usulan tersebut murni dari warga Pecatu. Sebagai orang Bali saya masih menganggap bahwa berkaitan dengan hal-hal yang sifatnya spiritual/niskala, kita orang Bali umumnya sangat berhati-hati. Jangan-jangan nanti malah menimbulkan musibah. Bukankah kita cenderung memilih lebih baik hidup sederhana daripada mengutak-atik kesucian pura (sehingga mendapat uang lebih banyak) namun berujung murkanya Ida Betara Sesuhunan. Jangan-jangan usulan tersebut adalah berasal dari oknum yang ingin memanfaatkan kawasan tersebut untuk kepentingan bisnis pariwisatanya. Atau malah lebih ekstrem lagi jangan2 hal itu merupakan salah satu dari sekian banyak upaya untuk melemahkan Bali (lebih tepatnya menghancurkan Bali)

Bali adalah pulau spiritual. Menurut orang-orang yang menekuni spiritual,Bali adalah salah satu dari 2 tempat di dunia yang memiliki kekuatan spiritual yang tinggi (maaf kalau salah). Bahkan ada yang bilang, Bali menjadi target untuk dilumpuhkan,karena dengan melumpuhkan Bali maka Nusantara bisa dikuasai (bahkan dunia). Begitu pentingnya posisi Bali secara spiritual (antara percaya dan tidak sebenarnya saya terhadap pendapat seseorang ini, tetapi jujur, sebagai orang Bali saya percaya).

Kehidupan modern sekarang ini dengan hingar bingar pariwisata, miras, judi, seks bebas, dan berbagai macam aktivitas yang mengeluarkan gelombang negatif secara tidak langsung telah menggerogoti spiritualitas Bali. Untungnya warga Bali yang mayoritas Hindu masih berpegang pada laku spiritual yang memancarkan gelombang positif. Ribuan bahkan jutaan kembang masih ditabur, dupa masih dinyalakan, lantunan mantra/doa masih dialunkan. Jika hal-hal seperti ini nantinya ditinggalkan, saya tidak tahu apakah magis bali masih bisa terjaga.

Kembali kepada usulan untuk menciutkan batas kesucian Uluwatu, reaksi penolakan yang dilontarkan oleh pejabat, PHDI, dan berbagai kalangan patut mendapat apresiasi. Seperti yang dikemukakan ketua DPRD Bali, “ jangan diotak-atik lagi jika ingin menjaga kesucian Bali. Kesucian Bali merupakan modal utama, apakah Bali kedepan runtuh atau bisa bertahan sebagai pulau spiritual.” Pada kenyataannya sekarang pun kesucian banyak Pura di Bali telah digerogoti demi kepentingan pariwisata (Tanah Lot misalnya, juga Besakih dan Uluwatu). Saya yakin suasana spiritual/magis Pura2 tersebut pasti lebih rendah dibanding dahulu. Berbeda dengan Lempuyang, Batukaru, dan beberapa Pura lain yang kekuatan spiritualnya masih tinggi (menurut seorang pelaku spiritual). Kalau usulan ini disetujui apa jadinya? Semakin tidak me”taksu” tempat2 ini (mungkin Ida Betara memilih ‘mengungsi’ ke tempat lain yang lebih tenang,hehehe ). Pastinya jangan demi dolar kita rela memangkas batas kesucian pura. Harus pula diingat sebagian besar wisatawan yang loyal dan berduit datang ke Bali adalah karena Budaya dan Nuansa Spiritualnya (bukan karena dugemnya, pantainya, arak, gadis2 lokalnya,hehehehe).

Jangan terkecoh, terbuai oleh rayuan dolar. Ingat, Bali menjadi target untuk dihancurkan secara spiritual. Spiritual kita di Bali ingin dilemahkan kemudian dikuasai. Jangan sampai hal ini terjadi. Tugas kita bersama untuk menjaga Bali tetap ada.

Selasa, 22 April 2008

Boycott Santun

Kita semua sudah melihat dari televisi ataupun membaca dari surat kabar, internet dan berbagai media lainnya mengenai rencana aksi boikot terhadap olimpiade Beijing beberapa bulan kedepan. Mulai dari tokoh politik sampai seniman/artis menyerukan hal ini. Keinginan tersebut muncul sebagai reaksi atas sikap pemerintah China terhadap para demonstran Tibet. Dengan dalih penegakan HAM mereka mencoba menekan pemerintah China agar bersikap adil terhadap Tibet.

Aksi protes terhadap pemerintah China tersebut dilakukan juga saat obor api olimpiade diarak keliling dunia. Termasuk salah satunya adalah aksi dimana seorang pembawa obor (seorang penyandang cacat di atas kursi roda) melakukan tindakan yang sangat heroik yaitu mempertahankan obor yang dibawanya dari tindakan anarkis demonstran Perancis.

Rasa nasionalisme China terbakar. Mereka menghujat aksi demonstrasi yang dilakukan tersebut. Sebagai sebuah bangsa dan negara yang berdaulat China tentu punya hak untuk mengurus urusan dalam negerinya sendiri. Tidak ada yang berhak mengganggu kedaulatan mereka (bandingkan dengan yang terjadi di Timor Timur dulu). Otonomi yang diminta oleh Dalai Lama menurut mereka tidak masuk akal. Dari informasi yang saya baca, Dalai Lama tidak hanya meminta otonomi Tibet, tetapi juga termasuk daerah-daerah lain yang dihuni oleh suku/kaum mereka (kalau dihitung mencapai ¼ luas China). Selain itu Beliau juga meminta bahwa tidak boleh ada satu pun anggota pemerintahan di Tibet yang berasal dari suku Han (padahal suku Han adalah mayoritas penduduk China-90%). Kalau begini tentu saja sebagai bangsa yang berdaulat dan salah satu negara raksasa, mana mungkin mau menerima permintaaan seperti itu. Harga mati bagi China adalah Tibet tetap sebagai wilayah dari negara China (Hongkong saja sudah kembali lagi ke China masa Tibet mau dilepas). Terlebih lagi, Presiden China sekarangHu Jinto adalah mantan panglima militer China yang ditugaskan mengendalikan Tibet dulunya.

Patut disimak adalah aksi balasan yang dilakukan oleh warga China terhadap serangan demonstarn luar. Menyikapi aksi terhadap pembawa api obor olimpiade di Perancis, warga China memilih untuk melakukan boikot terhadap produk2 yang berbau Perancis. Perusahaan2 Perancis yang mulai tumbuh pesat di China setelah China membuka diri terhadap pasar bebas kena getahnya. Warga tidak lagi menjadikan Carrefour sebagai tempat tujuan untuk berbelanja (padahal ekspansi Carrefour di sana sangat dahsyat, 1 kota bisa ada 3-4 gerai). Tidak perlu sweeping warga Perancis, heheeheheh. Dan sebagai responnya expatriat2 di sana malah menghimbau kepada pemerintahnya agar bisa menyikapi masalah Tibet ini dengan lebih bijak dan adil.

Jadi terbayang jika hal tersebut bisa dilakukan di Indonesia. Kalau kita mau akui sering sekali terjadi protes terhadap negara2 luar oleh masyarakat Indonesia. Bahkan ekstremnya aksi protes tersebut dilakukan dengan membakar bendera, berdemo di kedubes mereka, bahkan sampai sweeping WNA. Tetapi anehnya kita masih pergi ke McDonald, minum Coca Cola, belanja di Carrefour, memakai Levi’s, LV, bersepatu Nike, dsb..dsb….dsb…

Dan sebenarnya bangsa kita masih belum merdeka, kita masih di JAJAH… Apakah kita dapat mengatakan negara ini sudah BERDAULAT?

Jumat, 18 April 2008

Teman Baru ( Atau lebih tepatnya adik baru)

Berawal dari iseng2 ngobrol dengan teman beberapa waktu yang lalu. Salah satu topik yang dibahas adalah masalah ke-jomblo-an ku tentunya (selalu menjadi topik menarik buat teman2ku). Bukan aku namanya kalau tidak bisa menanggapinya dengan tetap tersenyum dan ‘nodong’ buat dibantuin. Dikenalin kek, atau gimana lah caranya. Ujung-ujungnya dia menawari aku untuk dikenalin dengan adik sepupunya.

Aku menerima tawaran tersebut dengan sedikit bingung juga awalnya. Mengetahui bahwa sepupunya itu masih kuliah dan hampir 8 tahun lebih muda dibanding aku. Tapi setelah dipikir-pikir ga ada salahnya juga untuk dicoba. Kan niatannya adalah mendapatkan teman baru, heheheheh…….

Diberikanlah padaku nomor telepon adiknya itu. Dan cerita berlanjut ketika aku mulai mengirim sms kepada calon kenalan baru ini. Setelah beberapa kali sms terbayang dibenakku bahwa wanita yang satu ini benar2 tipikal mahasiswi (sibuk dengan kegiatan kuliah,bla3….). Sempat muncul kekhawatiran juga kalau ntar komunikasi tidak bisa terjalin dengan baik karena perbedaan usia dan perbedaan aktivitas. Tapi rasa PD ku segera muncul karena aku kan “bunglon”, hehehehe… menjadi anak kecil bisa, bersikap seperti mahasiswa ga masalah….berpandangan dan berlaku layaknya seorang yang dewasa juga sudah kujalani.

Aku ingat pertemuan pertama kami yang sebenarnya cukup mendadak. Kalau pada umumnya orang yang akan bertemu dengan seorang kenalan baru (dan lawan jenis) akan mempersiapkan diri (penampilan) dengan baik.Mandi dulu, pakai pakaian terbaik, bla3… pokoknya memberikan kesan awal yang menarik. Alih2 memberikan penampilan terbaik, pada pertemuan pertama aku bener2 bertemu dengan kondisi apa adanya. Aku yang saat dihubungi untuk bisa ketemuan sedang berada di kuta dengan pakaian yang biasa banget. Trus tidak ada niatan untuk pulang dulu karena aku harus ke tempat salah satu teman mengambil sesuatu. Dengan badan penuh keringat karena beberapa jam berada diatas sepeda motor dalam kondisi panas terik, aku tetap dengan PD meluncur ke tempat yang telah disepakati.

Setengah jam menunggu aku isi dengan merokok dan menikmati jus alpukat. Akhirnya dia datang juga. Kesan awalku adalah dia seorang yang friendly. Dia datang ternyata sama kondisinya dengan aku, maksudnya dia pun baru selesai dari aktivitas praktikum. Dandananya benar2 mahasiswi yang energik (aktif/sporty). Tidak ada kecanggungan sama sekali di antara kami (mungkin karena aku bisa berjiwa muda kali ye,hehehhhehheh). Pembicaraan mengalir dengan baik. Kami ngobrol sana sini, kebanyakan tertawanya malah. Ingin sebenarnya ngobrol lebih lama, tetapi karena dia harus kumpul lagi dengan teman2nya tuk mengerjakan tugas, ya cukup 1 jam pertemuan pertama kami.

Dua hari kemudian (sabtu) aku mengajaknya untuk ketemuan lagi. Awalnya mau ngajakin nonton, tetapi karena waktunya sangat padat dengan aktivitas kuliah dan persiapan ujian, akhirnya kami sepakat untuk makan malam. Untuk kali ini sih aku ada persiapan deh. Aku memutuskan untuk pakai kemeja, dan tentu saja sudah mandi dulu sebelumnya. Finally, we had dinner di sebuah tempat makan di daerah renon. Salah satu ucapannya yang masih kuinget adalah…. Kalau kak begi pakai kemeja gini kan mendingan, rapi. Tidak seperti kemaren tuh, kayak PREMAN……

Minggu, 13 April 2008

Bali dan Ajeg Bali

Tulisan ini kutulis karena terinspirasi setelah membaca sebuah postingan seorang kawan yang ditulis dalam blognya. Tergelitik juga untuk mencoba menggali pemikiranku yang masih dangkal ini mengenai ajeg bali. Frase ini dalam beberapa waktu belakangan menjadi jargon yang senantiasa didengung-dengungkan berbagai kalangan menyikapi kondisi Bali beberapa dasawarsa terakhir. Menjadi suatu kekhawatiran berbagai khalayak melihat kondisi pulau dewata yang mungkin sudah over exploitated. Menyadari bahwa jika pola pembangunan masih dibiarkan seperti sekarang (berpikir hanya untuk short term demi meraih keuntungan dalam waktu singkat) akan mengubah pulau surga ini menjadi neraka, maka dorongan untuk kembali kepada bali yang luhung menjadi angin sejuk dalam cuaca panas ini.

Ajeg Bali secara gampangnya kita diajak tuk meng-ajeg-kan bali. Ajeg secara harfiah artinya kokoh, kuat (sorry kalau salah). Ajeg bali menurut pendapatku adalah kembali kepada jati diri bali itu sendiri, kembali kepada budaya bali yang adiluhung yang diwariskan oleh leluhur kita. Kalau kita cermati sekarang sangat lumrah ditemui penyimpangan dari budaya luhur ini. Saya tidak bermaksud mengajak melestarikan tajen (kan warisan budaya juga,heheheh). Juga bukan berjudi atau minum2 yang harus diajegkan (walaupun secara turun temurun kita tahu orang bali cukup identik dengan judi dan minum arak/tuak,…uhuy).

Sekarang anak2 muda didorong untuk berkesenian bali. Kalau purnama atau tilem anak2 sekolah berpakaian adat. Ada juga usulan kalau bahasa bali harus dijadikan bahasa pengantar di sekolah. Semua dilakukan demi meng-ajeg-kan Bali. Ne be madan ajeg bali gus…….begitulah tanggapan banyak orang ketika ditanya apa maksudnya ajeg bali.

Apakah lestarinya tarian dan tabuh bali itu yang dimaksud dengan ajeg bali? Apakah dengan menggunakan pakaian adat kita membuat bali menjadi ajeg? Apakah penggunaan bahasa bali?. Bisa ya, bisa juga tidak. Kesenian Bali adalah salah satu produk budaya yang menjadi identitas khas daerah kita. Tetapi kalau kita mau mewujudkan ajeg bali mau tidak mau kita harus berpaling kepada filosopi dasar kehidupan masyarakat bali (begitu hebatnya leluhur kita bukan). Apakah itu?----- Tri Hita Karana------

Saya sependapat (mungkin lebih tepatnya saya mengikuti pendapatnya) dengan pemikiran seorang penulis di radar bali (jawa pos, tapi saya lupa nama penulisnya). Beliau mengatakan bahwa yang harus dilakukan oleh masyarakat bali untuk mencapai ajeg bali adalah kembali kepada Tri Hita Karana. Tri artinya 3, Hita artinya kebahagiaan, karana artinya penyebab. Jadi Tri Hita Karana adalah tiga hal yang menyebabkan kebahagiaan dalam kehidupan ini. Yaitu Parahyangan (hubungan harmonis dengan Tuhan), pawongan (hubungan harmonis dengan sesama), Palemahan (hubungan harmonis dengan lingkungan, alam sekitar kita termasuk tumbuhan dan hewan). Kehidupan tetua/leluhur kita terdahulu adalah mengacu pada konsep Tri Hita Karana ini. Kita ambil contoh dari sisi palemahan.Alam bali dahulu pastilah sangat indah karena tercipta hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam. Leluhur kita menyadari bahwa merusak alam pada akhirnya akan membinasakan diri sendiri. Dan ini didukung oleh kehidupan masyarakat dahulu sebagai masyarakat agraris/pertanian (kalau dulu leluhur kita ga bersahabat dengan alam, semua hutan digunduli, ujung2nya kan banjir, ga bisa panen tuh….. ape kel daar). Memilih lahan untuk dijadikan perumahan pun ada aturannya. Termasuk bentuk rumah dan tata letaknya.Karena menghormati alam, maka leluhur kita tidak sembarangan menebang pohon. Kalau menebang pohon pun lalu segera ditanam penggantinya.

Kemajuan jaman memang tidak bisa ditolak. Perpindahan sistem agraris menjadi industri dan selanjutnya informasi dan teknologi mau tidak mau berdampak pada Bali. Perkembangan pariwisata mengharuskan dibangunnya sarana prasarana penunjang. Hotel, restaurant, dan segudang yang lain berdiri demi menikmati manisnya madu pariwisata. Tapi sayangnya kita tidak membangun semua itu dengan bijaksana. Kita tidak memikirkan efek negatif yang mungkin timbul dikemudian hari. Mata kita sudah terlanjur silau dengan gemerincing dolar. Dan sekarang kita dapat melihat akibatnya.

Banyak sekali lahan subur yang telah beralih fungsi menjadi hotel/villa. Tebing, bukit telah berubah menjadi lokasi berdirinya hunian wisata. Secara tidak langsung pepohonan hijau yang dulunya sangat banyak, mau tidak mau harus mengalah kepada beton dan sebangsanya. Lebih lucu lagi, pantai bisa dikavling oleh hotel sehingga banyak krama yang harus memindahkan lokasi untuk melasti (heheheheeh……..). Dampaknya? Ya jangan salahkan jika sering banjir, jangan salahkan jika populasi hewan tertentu dan juga tanaman tertentu menjadi berkurang, jangan salahkan juga jika udara semakin panas.

Tapi ada hal lain yang membuat saya agak kecewa (atau malah sebenarnya membuat tertawa). Karena begitu hebatnya bius pariwisata, pemerintah bali sepertinya agak melupakan sektor pertanian (padahal budaya bali yang luhung adalah produk dari masyarakat agraris). Sektor ini menjadi anak tiri beberapa dasawarsa terakhir. Selain tidak melindungi lahan pertanian (lahan subur kan kenyataannya sudah banyak beralih fungsi), menjadi petani sama saja menjadi miskin. Makanya sedikit sekali orang yang mau terjun di bidang pertanian. Anak2 muda lebih tertarik memburu dolar di kawasan pariwisata seperti kuta, nusa dua, ubud, dsb. Yang menurut saya lucu adalah: membludaknya wisatawan kan seharusnya berarti membludaknya kebutuhan akan bahan pangan/makanan. Berarti kan sektor pertanian menjadi salah satu penyokong utama pariwisata (selain peternakan tentunya). Eh, kok malah bisa2nya dianaktirikan dan akibatnya yang seperti terjadi sekarang, sebagian besar diimpor dari luar bali (karena budaya bali yang luhur lahir dari masyarakat agraris bukankah sepantasnya pertanian juga harus dijadikan salah satu tulang punggung perekonomian menuju bali yang ajeg?)

Lebih baik terlambat daripada tidak berubah sama sekali. Jangan rusak rumah kita sendiri. Stop pembangunan yang merusak alam kita. Bapak/ibu yang punya lahan subur, jangan terbuai rayuan investor yang mau membeli tanahnya ya. Jangan dong jual tanah trus beli mobil. Olah lahannya tuk menghasilkan mobil (heheheheh). Jangan kebanyakan metajen, judi dan miras. Kita harus bisa mandiri di daerah sendiri. Kita harus berkuasa di daerah yang kita cintai ini. Kalau kita tidak bisa berdikari secara ekonomi kok saya jadi pesimis kita bisa melestarikan budaya bali. Hanya orang bali yang punya soul/jiwa membuat budaya bali memiliki taksu. Bayangkan jika orang bali terdesak secara ekonomi, ujung2nya ntar semua lahan dijual deh (akibat kepepet), trus transmigrasi…… semakin sedikit orang bali di bali…. Dan tidak menutup kemungkinan akan menjadi seperti betawi (menjadi kaum marginal di jakarta). Kalau kita sebagai orang bali memang mencintai bali dan ingin bali tetap ada……kita tahu apa yang harus dilakukan.

*kok bahasannya malah melebar yah… dari ajeg bali kok malah menjadi harus merdeka di daerah sendiri. Malah bingung, hubungannya apa coba……