Kamis, 06 Maret 2008

Nyepi

Nyepi adalah perayaan tahun baru saka. Tahun baru saka berawal pada 78 masehi sehingga kita ketahui selisih antara tahun baru saka dengan tahun masehi adalah 78 tahun. Misalnya di tahun masehi 2007 lalu kita peringati juga tahun baru saka 1929. Sepengetahuanku perayaan tahun baru saka terkait dengan masa berkuasanya raja dari dinasti saka di India.

Aku tidak begitu tahu tentang asal usul hari raya nyepi itu sendiri. Kalau ditanya kapan tahun baru saka dirayakan dalam bentuk nyepi (seperti yang telah berjalan selama ini khususnya di Bali dan dijalankan oleh umat Hindu yang berdarah Bali) maka aku tidak punya jawabannya. Apakah umat Hindu seperti di India juga menyambut datangnya tahun baru saka dalam bentuk “Nyepi” seperti di bali, aku juga belum bisa menjawabnya dengan pasti. Kalau tidak salah, perayaan “Nyepi” adalah buah karya kearifan lokal nusantara .

Sejarah tentang lahirnya Nyepi memang penting, tetapi menurutku lebih penting lagi menyelami pemikiran leluhur kita terdahulu sehingga melahirkan “ritual” yang kita jalankan sampai saat ini.Disaat perayaan tahun baru identik dengan kemeriahan, yang ini sungguh-sungguh bertolak belakang. Kita malah diajak untuk menyepi/hening. Kita diajak untuk hening dengan ritual ini. Kita dihadapkan kepada catur brata penyepian yaitu amati gni (tidak boleh menyalakan api), amati karya (tidak boleh bekerja), amati lelungan (tidak boleh bepergian), dan amati lelanguan (tidak boleh bersenang-senang). Kita harus bersyukur bahwa kita diajak (atau mungkin dipaksa) terlibat didalamnya. Bukankah kalau kita ingin menanamkan sesuatu yang berguna (positif) dalam benak seorang anak kecil terkadang harus memaksa? Pastinya pesan yang ingin disampaikan melalui perayaan Nyepi ini adalah sesuatu yang besar manfaatnya.

Pada dasarnya kita adalah seorang pelupa. Parahnya adalah terkadang kita lupa memberi “vitamin” untuk jiwa kita. Kita terlalu sibuk untuk memenuhi keinginan ragawi kita. Keseimbangan jiwa dan raga menjadi terabaikan. Makanya semakin sulit kita menemukan orang yang tersenyum tulus. Semakin banyak rasa marah yang tertumpah. Semakin sering orang saling menyakiti. Semakin banyak anak yang tidak mendapatkan kasih sayang. Jaman makin edan. Uang menjadi sang kuasa. Orang menjadi terobsesi akan pengakuan sosial. Berbuat dosa menjadi bukan sesuatu yang ditakuti lagi, bahkan ada yang sudah menjadi trend/gaya hidup. Korupsi pun sudah seperti menjadi menu sarapan.

Syukurlah, kita diajak untuk berhenti sejenak. Kita diajak menciptakan kondisi (melalui catur brata penyepian) sehingga kita bisa berbicara dengan jiwa kita, dengan hati kita. Kita diajak untuk merenung. Apakah yang kita jalani selama ini sudah benar? Apakah kita sudah menjadi orang yang lebih baik? Makin kesini apakah kita sudah semakin bijak, semakin dewasa? Bagaimana hubungan kita dengan Tuhan, apakah semakin dekat? Bagaimana hubungan kita dengan sesama, apakah makin baik? Bagaimana kita memperlakukan lingkungan kita, semakin harmoniskah? Ataukah jangan-jangan selama ini kita lebih banyak menenggak racun dibandingkan memberi vitamin untuk jiwa dan raga kita. Hanya kita yang tahu.

Setiap orang punya dosa. Kita tidak sempurna. Dengan mau merenung sejenak kita dapat introspeksi diri. Mari kita me-refleksi diri. Jika kita banyak salah, kita menjadi ingat untuk tidak melakukannya lagi. Yang salah kita tinggalkan, yang benar kita laksanakan.

Introspeksi diri setahun sekali tentulah tidak cukup. Tapi setidaknya lebih baik daripada tidak sama sekali. Yang terpenting, kita selalu diingatkan, bahwa introspeksilah dirimu. Kalau kita sudah menyadari pentingnya hal itu maka kita bisa menciptakan “Nyepi” setiap saat.

Mari kita maknai Hari Raya Nyepi sebagai momentum refleksi, untuk mengenal diri kita, introspeksi diri kita, melihat kembali tujuan hidup ini. Jangan biarkan lewat begitu saja. Jangan biarkan hanya berlalu sebagai ritual semata karena kita merasa beragama. SELAMAT HARI RAYA NYEPI TAHUN BARU SAKA 1930.

*begi yang berusaha berubah sehingga tidak lagi membiarkan Nyepi berlalu sebagai ritual semata*

Tidak ada komentar: