Kamis, 27 Maret 2008

Mencari Cinta …………………….. Antara Teh, Kopi, dan Susu

Pernahkah anda minum kopi, teh, dan susu? Saya yakin jawabannya adalah ya. Lalu,manakah diantara ketiganya yang paling anda sukai? Saya yakin jawabannya bervariasi. Mana yang akan anda pilih jika disodori minuman tersebut? Tentu sangat tergantung situasi, kondisi, atau faktor yang lain. Kalau anda ditanya mana yang lebih baik: kopi, susu atau teh. Kalau untuk menemani begadang, tentu sebagian besar akan menjawab kopi (atau mungkin juga teh). Untuk membuat tulang menjadi kuat atau membentuk tubuh menjadi lebih bagus maka anda pasti memilih susu (tanpa menyebut merk susu yang diperuntukkan untuk ini lho). Kalau ingin panjang umur, teh lah pilihannya (kalau tidak salah, meminum teh secara teratur akan memperpanjang usia kita----betul atau tidak tolong dicari sendiri info yang lebih akurat). Pastinya kita tidak dapat membandingkan mereka secara apple to apple. Sebab secara kodrati ketiga zat tersebut berbeda.

Dan juga pada hakekatnya setiap manusia berbeda. Setiap lelaki juga berbeda, begitu juga wanita. Tetapi sering kita tidak mau menerima kodrati perbedaan itu bukan?. Seorang teman yang sudah sekian lama putus dengan pacarnya sampai saat ini belum juga menambatkan hatinya pada seorang gadis, padahal sudah begitu banyak yang diseleksinya (hehehe, kayak penerimaan karyawan baru ajah pakai seleksi2an). Alasannya bagiku sangat menggelitik. Karena tidak ada satupun diantara mereka yang seperti mantan pacarnya (tentu saja sifatnya maksudnya).

Teman yang lain memiliki cerita yang tidak jauh berbeda. Tapi sudah ada kemajuan, dia sudah bisa berpacaran bahkan sudah beberapa kali….. tetapi akhirnya putus lagi. Alasannya, aku tidak bisa melupakan si Dia. Aku hanya merasa cocok dengan si Dia. Sifat2nya pokoknya paling pas lah menurutku. Sedangkan mereka beda dengan Dia.

Memang sangat manusiawi sekali kalau kita selalu membandingkan. Membandingkan pacar/pasangan kita yang sekarang dengan yang terdahulu… dan tentu saja akan membandingkan yang akan datang dengan yang sekarang dan dengan yang terdahulu. Alasannya tentu saja, mencari yang terbaik. Tetapi bukankah menjadi sedikit tidak adil ya. Setiap orang kan pasti berbeda, mbok ya jangan selalu dibanding-bandingkan lah. Si Dia yang dulu mungkin bisa membuat kita tertawa saat sedih, selalu ada disaat kita membutuhkan, selalu memenuhi apa yang kita minta, dan bla..bla…bla lainnya. Tidakkah kita berpikir bahwa dengan selalu membandingkan (yang pada akhirnya kita menolak yang saat ini datang karena berbeda dengan yang terdahulu) jangan-jangan kita kehilangan kesempatan menikmati melodi cinta yang sama indahnya atau mungkin lebih indah. Si Dia yang terdahulu memang bisa membuatmu terbang ke langit ketujuh, tetapi siapa tahu sebenarnya ada yang bisa membuat kita melayang sampai langit kedelapan, kesembilan, dst..dst….

Stop comparing, start flowing kawan. Setiap orang punya kekurangan. Dan pastinya setiap orang punya kelebihan juga. Kalau kamu dulunya sangat fanatik terhadap kopi, cobalah sesekali teh. Jangan ditolak mentah-mentah. Mungkin awalnya memang tidak suka. Tetapi siapa tahu kemudian kamu malah menjadikannya minuman di kala pagi, siang, malam (apalagi kalau kamu kemudian terobsesi karena katanya bisa membuat panjang umur, hehehe). Begitu juga dengan susu, jangan takut……
Open your mind… open your heart.. and then love will come….

*begi yang tidak sependapat dengan istilah cinta pada pandangan pertama tetapi lebih setuju dengan suka pada pandangan pertama.begi yang sekarang menjadi sedikit yakin dengan istilah cinta datang karena terbiasa (weting tresno jalaran suko kulino---sorry kalau salah istilahnya)

Selasa, 18 Maret 2008

Selamat Menempuh Hidup Baru

“Hyang Widhi sumber segala kebahagiaan, karuniailah kami kebahagiaan hari ini, esok, dan setiap hari yang dilewati, semoga kami dapat melakukan tugas dan kewajiban mulia di dalam kehidupan perkawinan kami, penuh kegembiraan dan kebahagiaan.”

Itu adalah sebait doa yang diambil dari kitab suci Veda yang umumnya tercantum pula di dalam undangan pernikahan. Dan di bulan Maret ini beberapa sahabat/teman telah memulai fase kehidupan baru yaitu berumah tangga. Panca, Sudiarsa/Dogler, Wira Pacul, Wahyu, Bagio/Agus Santika dan Ketut Widnyani adalah beberapa diantara mereka.

Keputusan untuk menikah tentu adalah keputusan yang telah dipikirkan secara matang. Menikah adalah meleburnya dua hati menjadi satu. Masing-masing telah menerima kelebihan dan kekurangan pasangannya. Mempunyai visi dan misi hidup yang sejalan. Menikah bukan karena sudah di ‘deadline’ oleh faktor usia, bukan karena desakan dari orang tua yang segera ingin menimang cucu. Menikah bukan sekedar hanya karena ingin berketurunan. Karena kita tidak bisa menjalani hidup ini sendiri maka kita mencari pasangan/pendamping hidup. Karena kita membutuhkan orang untuk menghangatkan hati ini maka kita mencinta. Karena kita membutuhkan tempat mencurahkan isi hati maka kita membutuhkan dia.

Selamat menempuh hidup baru kawan. Semoga dalam kehidupan perkawinan, selalu dipenuhi kebahagiaan dan kegembiraan. Kalian sekarang telah memikul tanggung jawab lebih sebagai suami atau istri. Jalankanlah swadarma sebagai seorang suami/istri dengan sebaik-baiknya. Sekali lagi selamat atas pernikahannya. Semoga senantiasa dalam perlindungan-Nya.

Minggu, 09 Maret 2008

Iri Hati

Apa yang terlintas dibenakmu jika disodori sebuah frase Iri Hati. Sebagian besar dari kita pasti akan mengatakan sebagai sebuah sifat yang harus dihindari. Kita selalu diajarkan oleh orang tua kita berbahayanya sifat yang satu ini. Dalam sastra agama pun, iri hati dikategorikan sebagai sifat “setan”. Yah, karena cap negatif yang telah disematkan untuknya maka kita selalu dinasihati Jangan Iri Hati.

Jadi, salahkah jika kita iri hati? Apakah jika kita iri maka kita menjadi setan? Akankah membuat kita semakin jauh dari surga?Jelas, banyak yang akan menjawab mempunyai sifat iri hati adalah tidak baik. Mungkin termasuk kita masih berpandangan seperti itu. Kita sering berdoa,”Ya Tuhan, hilangkanlah/jauhkanlah sifat iri hati dariku”. Rasa iri harus dienyahkan dari hati kita, demikian para pemuka agama sering berpesan.

Sungguh kasihan wahai engkau si ”iri hati”. Tapi tidak usah bersedih. Aku tidak akan menghakimi kamu sebagai sifat yang jelek. Aku tidak menyebut kamu sebagai sifat setan (walau aku yakin darimu bisa melahirkan setan). Jangan takut kalau sifat iri menghampiri kita. Jangan takut Tuhan akan menghukum karena kita didatangi si iri (bukankah kita tidak mengundang si iri untuk datang). Dia datang sebagai tamu di hati kita. Sekarang tergantung bagaimana kita menyikapi tamu ini bukan?

Seorang gadis iri melihat temannya karena lebih cantik, lebih sexy, dan selalu menjadi pusat perhatian. Lalu ia menyebarkan fitnah sehingga temannya itu dijauhi. Yup, Iri hati telah mengubah si gadis menjadi setan. Tetapi, jika perasaan iri ini menyadarkan si gadis untuk memperbaiki dirinya, mencintai kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya, mengasah kelebihan yang dimilikinya, bukankah “Iri hati” menjadi motivator yang luar biasa untuknya?
Jangan pernah malu dan sedih untuk mengakui pada diri sendiri bahwa kita iri pada orang lain.Kata Tuhan sih jadikan sebagai motivasi agar diri kita menjadi lebih berguna, agar kita terus menggali kemampuan terbaik kita.

*begi yang iri karena teman2nya lebih sukses dalam hal cinta, sudah banyak yang menikah malah.begi yang iri karena usaha teman2nya sudah berjalan lancar dan mulus, sedangkan usahanya masih megap2.begi yang iri karena teman2nya banyak yang sudah bisa beli kendaraan sendiri bahkan rumah sendiri, sedangkan ia sendiri untuk bayar cicilan utang ajah masih berat banget rasanya*

Sabtu, 08 Maret 2008

Last Jomblo

Itulah judul sebuah poster yang dibuat oleh seorang temanku untuk mengakomodasi ide dari teman2 lain sebagai ekspresi rasa tertawa, sedih, miris, melihat nasib 3 orang diantara kami. Di bawah judul poster itu terpampang tiga foto lelaki ‘tua’. Fotoku sendiri, Cendol, dan Puja. Menyusul kemudian sebuah tulisan Tips for the looser, yang tidak perlu kutulis isinya apa (J).

Kejombloan kami semakin hangat saja untuk dibicarakan. Terlebih sebentar lagi, Panca akan segera mengakhiri status singlenya dengan menikahi sang pacar. Ia pun akhirnya menyusul Devil, Pegur, Doni, Wisnu, Mandul, Loyo, Dirga, dan masih banyak yang lain. Memang masih ada yang belum segera menikah. Tapi setidaknya mereka (Anom, Bongkrek, Adi Pacul, Ajuk, Dek Cu, Binto- menyebut sebagian dari mereka) sudah punya calon . Lha, kami ini? Ngga ada progress….begitu selalu yang meluncur dari bibir mereka.

Looser? Waduh, kalau dipikir2 tidak mau juga dicap seperti itu. Masa sih kami ini seorang pecundang (gara-gara belum punya pacar). Bukannya aku tidak ada usaha, ada kok walaupun……. Hal itu bukan prioritas utamaku saat ini, let it flow ajah, jodoh udah ada yang ngatur….. begitu sanggahanku menanggapi sindiran mereka. Ae mule jodoh ade ane ngatur, kewale lamun ngoyong dogen, entut ente sing maan… de nganti panak cang be tua ente mare nganten ……begitu balasan mereka.

Dalam hati aku berpikir, sekarang sih mungkin aku masih bisa tenang-tenang saja dengan kesendirianku ini. Aku saja masih bisa tertawa jika orang tuaku menanyakan kapan nikah, dah punya pacar belum, dan sejenisnya. Tapi bagaimana jika usiaku sudah menginjak kepala tiga? (tidak terlalu lama lagi lho) Apakah aku masih bisa tenang seperti sekarang? Mmmhhhhhhhhhh… semoga (maksudnya sih semoga dah punya pasangan, atau kalau ngga ya semoga tetap bisa sabar.. J

Sendiri, tidak harus membuat hidup ini terasa sepi. Dalam kesendirian tidak harus membuat hidup ini kurang makna. Kita hidup tidak hanya nantinya untuk menikah lalu untuk punya keturunan bukan? Aku pribadi sampai saat ini tetap menganggap menikah dan berketurunan adalah sesuatu yang harus tetap dicapai dalam hidup ini. Tetapi janganlah karena kamu masih sendiri lalu sangat membebani pikiranmu. Terkadang karena pikiran terbebani malah menjadi hambatan dalam mencapai tujuan hidup yang lainnya. Kerja menjadi terganggu, kesehatan kena getahnya (kan karena stress bisa meningkatkan kadar asam lambung, bisa juga tekanan darah naik lho), dan sebagainya. Jangan lupakan sasaran lain. Bagaimana meningkatkan karir misalnya. Bagaimana mengembangkan usaha. Bagaimana menjadi berguna untuk diri sendiri, saudara, orang tua, teman,masyarakat.

Pren, tenang ajah. Aku tetap berusaha kok. Aku masih normal kok, masih menyukai wanita. Jangan hanya ngeledek dong. Bantuin kami-kami ini. Kenalkan dengan seseorang atau apa lah…. Hehehehe. Pastinya, di hari tua nanti aku ingin dikelilingi istri, anak, cucu dan cicit. Dan aku tidak akan asal pilih (kan banyak tuh yang akhirnya menikah dengan alasan seperti ini: yang penting dapet aja deh). Yang penting tetap doakan kami2 ini ya……..

*begi yang masih jomblo dan masih tetap berbahagia*

Kamis, 06 Maret 2008

Nyepi

Nyepi adalah perayaan tahun baru saka. Tahun baru saka berawal pada 78 masehi sehingga kita ketahui selisih antara tahun baru saka dengan tahun masehi adalah 78 tahun. Misalnya di tahun masehi 2007 lalu kita peringati juga tahun baru saka 1929. Sepengetahuanku perayaan tahun baru saka terkait dengan masa berkuasanya raja dari dinasti saka di India.

Aku tidak begitu tahu tentang asal usul hari raya nyepi itu sendiri. Kalau ditanya kapan tahun baru saka dirayakan dalam bentuk nyepi (seperti yang telah berjalan selama ini khususnya di Bali dan dijalankan oleh umat Hindu yang berdarah Bali) maka aku tidak punya jawabannya. Apakah umat Hindu seperti di India juga menyambut datangnya tahun baru saka dalam bentuk “Nyepi” seperti di bali, aku juga belum bisa menjawabnya dengan pasti. Kalau tidak salah, perayaan “Nyepi” adalah buah karya kearifan lokal nusantara .

Sejarah tentang lahirnya Nyepi memang penting, tetapi menurutku lebih penting lagi menyelami pemikiran leluhur kita terdahulu sehingga melahirkan “ritual” yang kita jalankan sampai saat ini.Disaat perayaan tahun baru identik dengan kemeriahan, yang ini sungguh-sungguh bertolak belakang. Kita malah diajak untuk menyepi/hening. Kita diajak untuk hening dengan ritual ini. Kita dihadapkan kepada catur brata penyepian yaitu amati gni (tidak boleh menyalakan api), amati karya (tidak boleh bekerja), amati lelungan (tidak boleh bepergian), dan amati lelanguan (tidak boleh bersenang-senang). Kita harus bersyukur bahwa kita diajak (atau mungkin dipaksa) terlibat didalamnya. Bukankah kalau kita ingin menanamkan sesuatu yang berguna (positif) dalam benak seorang anak kecil terkadang harus memaksa? Pastinya pesan yang ingin disampaikan melalui perayaan Nyepi ini adalah sesuatu yang besar manfaatnya.

Pada dasarnya kita adalah seorang pelupa. Parahnya adalah terkadang kita lupa memberi “vitamin” untuk jiwa kita. Kita terlalu sibuk untuk memenuhi keinginan ragawi kita. Keseimbangan jiwa dan raga menjadi terabaikan. Makanya semakin sulit kita menemukan orang yang tersenyum tulus. Semakin banyak rasa marah yang tertumpah. Semakin sering orang saling menyakiti. Semakin banyak anak yang tidak mendapatkan kasih sayang. Jaman makin edan. Uang menjadi sang kuasa. Orang menjadi terobsesi akan pengakuan sosial. Berbuat dosa menjadi bukan sesuatu yang ditakuti lagi, bahkan ada yang sudah menjadi trend/gaya hidup. Korupsi pun sudah seperti menjadi menu sarapan.

Syukurlah, kita diajak untuk berhenti sejenak. Kita diajak menciptakan kondisi (melalui catur brata penyepian) sehingga kita bisa berbicara dengan jiwa kita, dengan hati kita. Kita diajak untuk merenung. Apakah yang kita jalani selama ini sudah benar? Apakah kita sudah menjadi orang yang lebih baik? Makin kesini apakah kita sudah semakin bijak, semakin dewasa? Bagaimana hubungan kita dengan Tuhan, apakah semakin dekat? Bagaimana hubungan kita dengan sesama, apakah makin baik? Bagaimana kita memperlakukan lingkungan kita, semakin harmoniskah? Ataukah jangan-jangan selama ini kita lebih banyak menenggak racun dibandingkan memberi vitamin untuk jiwa dan raga kita. Hanya kita yang tahu.

Setiap orang punya dosa. Kita tidak sempurna. Dengan mau merenung sejenak kita dapat introspeksi diri. Mari kita me-refleksi diri. Jika kita banyak salah, kita menjadi ingat untuk tidak melakukannya lagi. Yang salah kita tinggalkan, yang benar kita laksanakan.

Introspeksi diri setahun sekali tentulah tidak cukup. Tapi setidaknya lebih baik daripada tidak sama sekali. Yang terpenting, kita selalu diingatkan, bahwa introspeksilah dirimu. Kalau kita sudah menyadari pentingnya hal itu maka kita bisa menciptakan “Nyepi” setiap saat.

Mari kita maknai Hari Raya Nyepi sebagai momentum refleksi, untuk mengenal diri kita, introspeksi diri kita, melihat kembali tujuan hidup ini. Jangan biarkan lewat begitu saja. Jangan biarkan hanya berlalu sebagai ritual semata karena kita merasa beragama. SELAMAT HARI RAYA NYEPI TAHUN BARU SAKA 1930.

*begi yang berusaha berubah sehingga tidak lagi membiarkan Nyepi berlalu sebagai ritual semata*

Senin, 03 Maret 2008

MAAF.....

Maaf, jika kalian merasa aku tidak menyayangi kalian seperti yang lain....
Maaf jika kalian marah karena sikapku.....
Maaf karena membuat kalian merasa sedih.....
Maaf kalau aku tidak bisa menjadi seperti yang kalian inginkan....
Maaf atas semua kelemahanku...
Maaf atas semua ucapanku.....
Maaf jika pemikiran kita tidak sejalan....

Aku hanya ingin memberi pandangan yang berbeda...
Aku hanya ingin jujur kepada kalian....
Aku tidak ingin memasang topeng....

Kalau aku dianggap seorang pemberontak.... aku terima itu
Menyebutku sebagai si iri hati..... kuterima dengan lapang
Memandangku sebagai si pengoyak damai... terserah....

Bukankah benar atau salah terkadang tipis bedanya?
Siapa yang bisa menjamin apa yang kalian anggap benar saat ini akan menciptakan damai di hari nanti.....
Apakah pasti apa yang kalian anggap salah saat ini akan berujung lara?

Kenapa yang aku dengar adalah selalu bahwa aku salah, iri hati, dengki....
Tidakkah kalian mau selami kenapa aku mempunyai pemikiran seperti itu....
Aku merasa kalian tidak mau memahami aku....
Aku merasa kalian memperlakukan aku berbeda dengan yang lain....
Mungkin aku salah, tapi aku merasakan demikian.....

Aku hanya butuh didengarkan.....
Aku tidak butuh untuk dihakimi.....
Cobalah untuk mau merenung sejenak....
Kalau memang aku salah... tolong bicara padaku... beri pemahaman padaku.... dan bantulah aku.....