Kamis, 22 Mei 2008

BBM tidak perlu Naik

Menurut Rizal Ramli ada alternatif lain bagaimana menyelamatkan anggaran tanpa menaikkan BBM, berikut ini pendapatnya:

1. Indonesia adalah produsen minyak, harga BBM bisa tidak dinaikkan kalau produksi minyak tidak turun (intinya ya naikkan produksi minyak kita).
2. Ada peraturan jika harga minyak dunia naik maka transfer atau uang yang dikirim ke daerah-daerah penghasil minyak bumi dan gas juga naik. Kalau Indonesia lagi krisis, mestinya uang itu distop dulu, karena daerah juga belum siap menggunakan jika ada uang begitu. Akhirnya karena ada uang, mereka beli surat utang Bank Indonesia. Akhirnya negara mensubsidi bunga, tapi uangnya tidak kemana-mana.
3. Pemerintah Indonesia setiap tahun mensubsidi bank-bank yang direkapitalisasi, nilainya setiap tahun mencapai 35 triliun rupiah. Kalau ini dihentikan, tentu negara sudah melakukan penghematan sehingga tak perlu menaikkan harga BBM.
4. Anggaran negara 25% dipakai untuk membayar utang dan bunga pinjaman luar negeri. Padahal banyak dari utang itu istilahnya utang najis yang dulu pinjaman luar negeri tapi dikorupsi oleh pejabat-pejabat orde baru. Harusnya negara berani melakukan renegosiasi hutang seperti banyak dilakukan negara lain. Jadi, untuk bayar cicilan utang saja lebih tinggi dari total anggaran pendidikan kita. Termasuk lebih tinggi dari gaji pegawai negeri termasuk TNI dan Polri.
5. Dulu (jaman Gus Dur) diterapkan para menteri tidak naik pesawat first class. Dirjen, gubernur pakai kelas ekonomi. Artinya dilakukan penghematan anggaran hingga 4 triliun rupiah. Tetapi yang dilakukan pemerintah SBY sekarang malah mengeluarkan penetapan menteri harus naik pesawat first class, hotel juga harus minimal bintang 4.
6. Pertamina dan PLN tidak efisien. Ongkos produksi Pertamina untuk menghasilkan BBM termasuk paling tinggi di Asia. Itu karena banyak KKN-nya. Pertamina harus mengimpor BBM sebanyak 300 ribu barel per hari dengan alasan kilang-kilang kita harus dicampur. Minyak Indonesia yang tinggi sulfurnya dengan minyak Timteng yang rendah sulfurnya. Tetapi alasan ini terlalu dibuat-buat, sebab seharusnya pemerintah bisa memodifikasi kilang2 yang ada, sehingga bisa memproses minyak mentah sulfur produksi Indonesia. Kalau itu dilakukan kita tidak perlu impor minyak. Kenapa hal ini tidak dilakukan karena ada Mr X orang Indonesia yang terima USD 2 per barrel setiap kali Indonesia impor. Jadi Mr X ini terima 6 Miliar rupiah per hari. Ini yang mereka pakai untuk setor ke pusat-pusat kekuasaan.

Tidak ada komentar: